top of page

“Cultural Genocide in Australia, Where’s UNESCO”


By Ridha Elfitra Hibaturrahma

Divisi Pendidikan Laboratorium Organisasi Internasional UPN “Veteran” Yogyakarta mengadakan kegiatan rutin setiap minggu pada Rabu, 14 September 2022 yaitu diskusi mingguan. Diskusi kali ini dilakukan oleh Cluster Asia-Australia yang anggota-anggotanya digabung dari keempat divisi yang ada di laboratorium Organisasi Internasional dan mengangkat tema “Cultural Genocide in Australia, Where’s UNESCO”. Sebelum melakukan diskusi, pemateri yaitu Dina Violina dan Anisa Fitrianingsih memaparkan materi yang akan dibahas dalam diskusi kali ini mengenai “Cultural Genocide in Australia, Where’s UNESCO”. Pemaparan dibuka dengan menjelaskan apa itu Cultural Genocide. Cultural Genocide atau Genosida Budaya adalah penghancuran sistematis tradisi, nilai, bahasa, dan elemen lain yang membuat satu kelompok orang berbeda dari yang lain. Cultural Genocide yang menjadi fokus bahasan kali ini terjadi di Australia. Dimana Dua penjaga tradisional Murujuga telah mengatakan kepada PBB bahwa pemerintah Australia Barat menempatkan kepentingan industri diatas perlindungan warisan pribumi di Semenanjung Burrup. Semenanjung Burrup di Pilbara yang dikenal sebagai Murujuga oleh para penjaga tradisional adalah galeri luar ruang yang menjadi rumah bagi lebih dari satu juta contoh seni cadas Pribumi yang diproduksi selama 50.000 tahun. Area tersebut dinominasikan untuk daftar warisan dunia pada tahun 2018. Jika berhasil, ini berarti area tersebut dilindungi dengan cara yang sama seperti piramida Giza atau Taj Mahal. Semenanjung Burrup juga merupakan lokasi penambangan industri yang signifikan. Woodside Energy saat ini sedang mengerjakan perluasan besar-besaran infrastruktur gasnya di daerah tersebut sebagai bagian dari proyek gas Scarborough senilai $16,5 miliar. Undang-Undang Warisan Budaya Aborigin 2021 baru akan mulai berlaku penuh pada pertengahan 2023 dan menempatkan pemilik tradisional di jantung pengambilan keputusan tentang pengelolaan dan perlindungan warisan mereka.


Setelah penyampaian materi dilakukan, kemudian moderator yaitu Beltsazar Kenobi mengarahkan untuk melakukan diskusi (tanya jawab). Dalam diskusi tersebut, peserta terlihat cukup aktif dan antusias dalam menyampaikan pendapat, gagasan pikiran dan pertanyaannya. Terdapat tiga rumusan masalah yang harus dijawab yaitu, kenapa genosida budaya bisa terjadi, kepentingan apa yang menjadikan budaya dapat digenosida atau dihilangkan, dan bagaimana respon organisasi internasional khususnya UNESCO dalam mengatasi permasalahan genosida budaya. Dari sesi diskusi tanya jawab ini, ketiga rumusan masalah yang diberikan oleh pemateri terjawab dengan baik dan didapatkan bahwa kebudayaan itu dapat digenosida jika kebudayaan tersebut menghambat kepentingan suatu negara serta peran dari UNESCO sebagai suatu organisasi internasional hanyalah sebagai aktor non-negara yang hanya mampu memberikan aturan namun tidak terikat dan tidak dapat memberikan sanksi terhadap suatu negara. Karena mereka tidak dapat melakukan intervensi.

Setelah selesai berdiskusi, kemudian moderator mengarahkan untuk melakukan sesi terakhir dari diskusi mingguan ini yaitu game yang dilakukan untuk memberikan penyegaran kembali kepada peserta dan agar peserta diskusi kembali bersemangat, Cluster Asia-Australia yang memimpin game tebak kata dan dilaksanakan dengan seru dan menjadi penutup yang menyenangkan. Setelah itu, moderator memberikan penutup untuk mengakhiri diskusi mingguan ini.


Comments


  • Instagram Social Icon
  • Facebook Social Icon
  • Twitter Social Icon
  • Spotify
  • YouTube Social  Icon

koin_upnyk

koin_upnyk

Podcast KOIN

Join our mailing list

Never miss an update

koin upnvyk

Kampus II UPN Veteran Yogyakarta

Jl. Babarsari 2, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281

©2018 KOIN UPN Veteran Yogyakarta

bottom of page