Rabu, 4 Maret 2020
Project Child Indonesia (PCI) merupakan satu dari sekian banyak NGO yang memilih pendidikan alternatif anak sebagai fokus mereka. Project Child sendiri didirikan pada tahun 2011 oleh Surayah Ryha dan rekannya Marvin Kiefer. Project Child memiliki banyak visi yang ditujukan khususnya bagi anak-anak daerah rawan bencana agar mereka memiliki kesempatan untuk belajar, lingkungan yang sehat dan bersih, juga hidup yang aman. Selain itu, Project Child juga berkontribusi untuk menjangkau apa yang belum atau tidak diajarkan di Pendidikan formal atau sekolah, seperti team work, leadership,disiplin, dan lain-lain. Bedasarkan visi mereka ini, Project Child akhirnya membedakan fokus utama mereka menjadi 3 bagian, yaitu : Kesehatan Praktis, Lingkungan dan Pendidikan Bencana. Ketiga hal itu merupakan hal dasar yang terus menjadi penyebab permasalahan bagi masyarakat di daerah pinggiran, dalam hal ini di tepi sungai dan pantai. Kunci utama dari setiap program Project Child sebenarnya befokus pada pengalaman belajar holistik kepada anak-anak. Project Child ingin memastikan bahwa seluruh anak dapat merasakan lingkungan belajar yang positif dan tentunya sehat. Project Child memiliki kantor pusat mereka di Yogyakarta dan Pacitan.
Untuk mewujudkan Visi dan Misi mereka, Project Child sampai saat ini telah memiliki 4 program utama mereka yang didedikasikan untuk masyarakat terutama anak-anak. Yang pertama adalah Sekolah Sungai. Program ini ditujukan bagi masyrakat bantaran sungai yang lebih rentan dalam hal kerugaian ekonomi, polusi dan bencana alam. Program ini baru dikhusukan bagi masyarakat di 3 bantaran sungai, yaitu Kricak, Gajah Wong, dan Code. Di sekolah sungai ini, Project Child lebih memfokuskan untuk memberikan informasi penting terkait kesehatan dan lingkungan. Program ini ditargetkan bagi anak-anak yang ada disekitar lingkunga tesebur, namun tidak dipungkiri bahwa masyrakat juga mendapat manfaat yang banyak dari program ini. Program ini juga dilakukan dengan pertimbangan bedasarkan kebutuhan dan potensi masyarakat di daerah tersebut. Untuk implemetasinya, Project Child juga banyak bekerjasama dengan organisasi lain, universitas dan beberapa sektor swasta.
Berikutnya ada Sekolah Pantai. Sekolah Pantai sendiri dimulai pada awal tahun 2014 dengan tujuan untuk menyediakan fasilitas pembelajaran bagi anak-anak disekitar pantai. Secara umum, Sekolah Pantai ini terdiri dari 2 bangunan bambu yang cukup luas dan terbuka sehingga memudahkan pembelajaran yang lebih santai. Program ini pada dasarnya sama dengan program Sekolah Sungai, tetapi dapat dibedakan melalui tempat pelaksanaannya. Yang ketiga adalah Drinking Water Program (DWP) yang merupakan program terbesar dan terluas oleh Project Child sendiri. DWP dimulai pada tahun 2016 dengan tujuan agar seluruh anak bisa mendapatkan asupan air yang cukup mengingat bahwa asupan air juga sangat mempengaruhi kinerja belajar seorang anak. Project Child berperan dengan sangat baik hingga mencakup 63 mitra sekolah dasar yang tersebar di Yogyakarta, Pacitan, Fak Fak (Papua Barat), dan Lebak (Banten). Melalui program ini, Project Child memberikan dampak yang sangat besar bagi masyarakat dan juga lingkungan. Project Child melakukan pemasangan sistem penyaringan air yang memungkinkan anak-anak untuk mengisi ulang botol air minum, yang mengarahkan pada pengurangan limbah plastik. Selain itu, pemasangan filter air juga membantu agar anak-anak tetap mendapatkan pasokan air yang bersih juga membantu mereka untuk memahami pentingnya air minum. Dan tentunya, DWP membantu masyarakat secara ekonomis untuk berhemat, dengan adanya filter air, orang tua bisa menghemat uang yan kadang terpaksa dihabiskan untuk membeli botol air. Program DWP ini juga merupakan program jarak pendek sekitar 6-12 bulan. Namun, agar program ini dapat terus berlangsung dengan baik, project Chld tetap memberikan dukungan mereka dengan cara memantau filter air,dll setiap beberapa bulan. Hal ini juga dilakukan agar masyrakat dapat lebih mandiri dan tentunya paham akan lingkungan mereka. Dan program yang terakhir adalah Internet Literacy Program (ILM). ILM ini sendiri menjadi program yang dibentuk atas kekhawatiran Project Child terkait perkembangan teknologi di masyarakat khususnya anak-anak saat ini. Program ini membantu anak-anak agar dapa menyaring dan menyerap informasi yang masuk terutama dalam konten digital. Selain itu, program ini juga menargetkan orang-orang tua agar dapat mengerti dan memberikan pengawasan yang cukup bagi anak mereka.
Untuk melihat kesuksesan setiap programnya, Project Child juga memiliki standar mereka sendiri. Seperti diadakannya test sesudah dan sebelum program-programnya dijalankan. Juga selalu diadakan riset mengenai perkembangan masyrakat. Selain itu, Project Child ini juga didukung oleh seluruh masyrakat dimana program mereka dijalankan sehingga hambatan-hambatan yang muncul lebih kepada peralatan mereka yang kurang melihat tempat program-program seperti Sekolah sungai dan sekolah pantai ini susah diakses dengan teknologi, dan lain-lain. Selain itu, Project Child Indonesia juga didukung dan dibantu oleh Project Child Jerman. Project Child Jerman lebih berfokus pada pencarian dana yang nantinya akan disumbangkan ke Project Child Indonesia demi kelangsungan program-program yang ada.
Diakhir sesi, Project Child juga membuka sistem volunteer atau sukarelawan dan magang. Magang sendiri biasa diadakan setiap dua kali setahun, sekitar bulan Januari dan Agustus. Program magang ini juga memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk menggabungkan pendidikannya dengan pengalaman kerja langsung di bidang spesialisasi di Project Child sendiri.
(Gambar : Sub - Divisi Visual Designing KOIN)
ความคิดเห็น