Ngobrol Pintar (NgoPi) merupakan salah satu program kerja Divisi Pendidikan Laboratorium Organisasi Internasional UPN “Veteran” Yogyakarta. Pada hari Rabu, 31 Mei 2023, mengadakan kegiatan NgoPi di Stako Coffee Senturan dengan tema: What’s happened in Sudan? and How is the global response? What are the international organizations involved?” Kegiatan NgoPi dipandu oleh Ranti Naomi Sinaga selaku moderator dan berjalan dengan santai, setiap anggota yang hadir menyampaikan opini masing-masing terkait topik yang diangkat. Diskusi kali ini membahas mengenai bentrokan di Sudan khususnya di Ibu Kotanya yakni Khartoum, Timur Laut Afrika yang terjadi pada April 2023. Bentrokan yang terjadi, dipicu oleh kudeta yang dilakukan oleh dua pasukan jenderal yakni Panglima Angkatan Darat Abdel Fattah al-Burhan dan wakilnya, Mohamed Hamdan Dagalo atau yang lebih dikenal sebagai Hemedti yang memimpin Rapid Support Forces (RSF) setelah merebut kekuasaan sejak tahun 2021 karena ingin memasukkan RSF ke dalam Tentara Sudan dan memimpin pasukan tersebut. Penembakan dimulai pada tanggal 15 April kemarin setelah terjadi ketegangan antara RSF dengan Tentara sipil. Meski belum pasti siapa yang melepaskan tembakan pertama diantara keduanya, namun pertempuran ini dengan cepat meningkat di beberapa bagian negara dengan lebih dari 400 warga sipil tewas. Bentrokan ini dianggap sebagai episode baru dalam ketegangan yang terjadi setelah penggulingan Presiden Omar al-Bashir yang sebelumnya berkuasa melalui kudeta pada tahun 1989. Penggulingan kekuasaan menuai banyak aksi protes di jalanan yang menyerukan diakhirinya kekuasaannya selama hampir tiga dekade dan tentara melakukan kudeta untuk menyingkirkannya. Akhirnya, gencatan senjata selama 72 jam disepakati oleh Rapid Support Forces (RSF) dan Sudan Armed Forces (SAF) dan sudah mulai bertahan di beberapa bagian, namun laporan-laporan penembakan sporadis masih terus berdatangan. Pada konflik Sudan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memiliki peran penting dalam upaya menjaga perdamaian, memfasilitasi negosiasi, dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga Sudan yang terkena dampak konflik.
Diskusi kali ini memfokuskan pada latar belakang konflik di Sudan, pengaruh konflik sudan terhadap kehidupan perempuan dan anak, tantangan dan hambatan PBB dalam memberikan bantuan di tengah konflik Sudan, dan kebermanfaat dari bantuan yang telah diberikan oleh PBB. Dimana konflik di Timur-Tengah terjadi berkepanjangan yang telah bermula sejak lama. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor diantaranya ketidakpuasan masyarakat sipil terhadap pemerintah, adanya pengaruh dari negara luar yang memiliki kepentingan, dan PBB hanya mengusahakan negative peace. Amnesty International turut berperan dengan melakukan advokasi dan memantau pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama konflik. Konflik di Sudan ini memberikan dampak yang luar biasa bagi anak-anak dan perempuan disana. Anak-anak bersembunyi di semak-semak mengalami kelaparan bahkan mereka hanya makan rumput dan bunga lili. Hal tersebut dikarenakan mereka merasa sudah tidak memiliki tempat yang aman. Para perempuan mendapat kekerasan yang tinggi, kekerasan seksual, human trafficking, san tidak terpenuhinya kebutuhan hidup mereka. Keadaan tersebut tentunya menarik perhatian dunia internasional khususnya PBB. PBB melakukan berbagai upaya untuk membantu konflik di Sudan. Meskipun pada faktanya sulit sekali mencapai perdamaian karena konflik yang terjadi merupakan konflik internal. Dalam memberikan bantuan logistik PBB mendapat hambatan berupa penjarahan yang dilakukan oleh masyarakat sipil sehingga bahan makanan sampai tujuan hanya tersisa sedikit. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengawalan bagi pengantar bantuan logistik dan memberikan pendekatan terhadap masyarakat sipil. Hal serupa juga dialami oleh UNICEF ketika ingin memberikan bantuan, tetapi malah mendapatkan perlawanan. Pada konflik antara Sudan Selatan dan Sudan Utara, PBB berperan membentuk 3 program misi perdamaian yaitu United Nations Interim Security for Abyei (UNISFA), United Nations Mission in Sudan (UNMIS), dan United Nations Mission in South Sudan ( UNMISS). Bantuan yang diberikan PBB berupa bantuan materi dan logistik tentunya sangat bermanfaat, apalagi dalam situasi yang menegangkan pasti sangat kesulitan mengakses bahan makanan dan untuk bantuan yang diberikan sendiri PBB telah memasok makanan yang cukup hingga bulan Juni.
Kegiatan NgoPi diakhiri dengan pernyataan oleh moderator yang memberikan kesimpulan dari setiap argumen anggota KOIN. Kesimpulannya untuk mencapai perdamaian di Sudan, Sudan sendiri harus mampu menyelesaikan masalah struktur politiknya sendiri atau memberikan keterbukaan bagi pihak eksternal yang ingin memberikan bantuan. Negara juga harus memandang secara baik bahwa masyarakat penting untuk diberikan perlindungan, tidak terus-menerus memelihara kekerasan yang ada karena hal tersebut melanggar hak asasi manusia khususnya yang sangat terdampak ialah anak-anak dan perempuan. Setelah moderator selesai memberikan kesimpulan, kegiatan NgoPi ditutup dan diakhiri dengan evaluasi.
Comments