Pada Sabtu, 27 Maret 2021 KSM Kajian Organisasi Internasional (KOIN) Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta telah melaksakan kegiatan Ngobrol Santuy
secara online melalui aplikasi Zoom Cloud Meetings. Kegiatan Ngobrol Santuy yang
dilaksanakan pada pagi hari pukul 10:00 WIB merupakan sebuah wadah bagi anak KOIN
untuk saling mengemukakan pendapat pada suatu masalah dengan suasana yang santai.
Ngobrol Santuy kali ini membahas tentang kudeta Myanmar yang terjadi pada 1 Febuari
2021 dan telah menjadi sorotan dunia internasional. Fokus dari kegiatan ini yaitu untuk
membahas dan mengetahui latar belakang terjadinya kudeta Myanmar 2021 dan dampak
yang ditimbulkan dengan terjadinya kudeta Myanmar terhadap dunia internasional
terkhususnya Indonesia.
Kegiatan Ngobrol Santuy dimulai dengan membahas latar belakang terjadinya kudeta
Myanmar 2021. Sejatinya kudeta Myanmar yang terjadi pada tahun 2021 bukanlah yang
pertama kalinya terjadi. Kudeta pada tahun 2021 terjadi setelah adanya pemilihan umum
pada November 8, 2020 Liga Nasional untuk Demokrasi mampu menang dengan
memperoleh 396 dari 476 kursi di parlemen, selisih kemenangan tersebut lebih besar
disbanding tahun 2015. Partai Solidaritas dan Pembangunan Persatuan serta partai Militer,
hanya memperoleh 33 kursi. Militerpun tidak menerima hasil tersebut dan menganggap
pemungutan suara tersebut telah di curangi. Namun, tidak ada bukti yang dapat
menganggap tuduhan itu benar. Aung San Suu Kyi keberadaannya saat ini tengah menjadi
tahanan rumah dan didakwa memiliki walkie-talkie yang diimpor secara ilegal. Beberapa
pejabat NLD yang lainnya saat ini juga tengah ditahan.
Kudeta Myanmar diumumkan di stasiun televisi yang dikelola militer, Myawaddy TV,
dimana pembaca berita mengutip konstitusi 2008 yang memperbolehkan militer
mengumumkan darurat nasional. Darurat nasional akan berlangsung selama setahun.
Militer Myanmar bergerak cepat untuk mengambil alih infrastruktur penting,
memberhentikan siaran televisi, dan membatalkan seluruh penerbangan domestik dan
internasional, Myanmar mengalami pemutusan akses telepon dan internet sementara di
kota-kota utama. Pasar saham dan bank ditutup, serta terjadi antrean panjang yang terlihat
pada beberapa mesin ATM di beberapa tempat. Di kota Yangon, bekas ibu kota negara
serta kota terbesar yang ada di Myanmar, penduduk setempat terlihat menyerbu pasar
guna membeli bahan pokok untuk persediaan makanan dan persediaan lainnya.
Seperti dilansir Pikiran-Rakyat.com dari South China Morning Post (SCMP),
Tatmadaw disebut khawatir dengan rencana NLD terutama tentang pemikiran Aung San Suu
Kyi untuk mengubah konstitusi dan melemahkan kekuatan politik militer. Diketahui tujuan
Tatmadaw semata-mata adalah untuk mengukir bagian dari politik nasional dalam ekonomi
nasional, serta untuk mempertahankan hak istimewanya dan menyerahkan jalannya negara
kepada pemerintah sipil. Kemenangan Aung San Suu Kyi berturut-turut pada 2015 dan 2020
telah merusak tujuan angkatan militer tersebut.
Peristiwa kudeta Myanmar diprediksi tidak berdampak signifikan terhadap
perekonomian Indonesia karena hubungan perdagangan antara Indonesia dengan Myanmar
relatif kecil. Menurut Ekonom Indef Bhima Yudhistira, berdasarkan catatannya, ekspor
Indonesia ke Myanmar sebesar US$1,03 juta sepanjang 2020. Angka tersebut hanya 0,3
persen dari total ekspor Indonesia ke negara-negara Asia Tenggara (Asean) senilai US$32,5
miliar. Sebaliknya, negara Indonesia dinilai justru memiliki peluang ekonomi kudeta
Myanmar tersebut. Sebab, dampak jangka panjang kudeta Myanmar dapat diprediksi terjadi
adanya relokasi industri dari Myanmar ke negara lainnya di Asean, hal tersebut dapat
menjadi peluang emas untuk Indonesia. Namun, peluang emas tersebut tergantung dari
respons pemerintah Indonesia terhadap investor yang nantinya berniat pergi dari Myanmar.
Selain itu, Indonesia juga perlu memperhatikan bahwasannya terdapat pesaing ketat yang
mengincar potensi relokasi tersebut yakni Vietnam dan Thailand karena letak geografisnya
yang relative dekat. Myanmar memiliki beberapa lokasi industri penting khususnya industri
otomotif yang didominasi perusahaan Jepang. Selain itu, Myanmar memiliki sejumlah
perusahaan tekstil pakaian dari merek global hingga China. Imbas dari kudeta Myanmar,
produksi pabrik otomotif raksasa seperti Suzuki dan Nissan sempat terganggu. Idealnya
penurunan produksi pabrik di Myanmar bisa menaikkan produksi perusahaan sejenis di
Indonesia. Jika pemerintah dan pengusaha Indonesia mengambil peluang dengan
mendorong relokasi pabrik dari Myanmar ke Kawasan industri di Indonesia, maka gejolak
politik di Myanmar akan menguntungkan Indonesia.
Notulen : Ridha Elfitra Hibaturrahma
Comments