Oleh: Ridha Elfitra Hibaturrahma
Pada hari Rabu, 16 November 2022, bertempat di Goeboex Coffee, Divisi Pendidikan Laboratorium Organisasi Internasional UPN “Veteran” Yogyakarta mengadakan kegiatan rutin yaitu NGOPI atau Ngobrol Pintar dengan tema Ancaman Resesi 2023: Respon IMF dan World Bank Group. Kegiatan NGOPI dipandu oleh Gilang Wikantiyasa selaku moderator dan berlangsung dengan santai, dimana setiap anggota KOIN dapat saling menyampaikan argumen mereka secara santai dan leluasa. Dalam diskusi ini, membahas mengenai isu terkait ancaman resesi global yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2023. Menurut World Bank, resesi global mungkin terjadi pada tahun 2023. Resesi ekonomi, dalam bentuknya yang paling sederhana, adalah keadaan menurunnya aktivitas ekonomi suatu negara. Situs web Otoritas Jasa Keuangan mengutip beberapa indikator resesi, termasuk Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, meningkatnya pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi riil yang negatif selama dua kuartal berturut-turut. Singkatnya, resesi adalah penurunan kemampuan daya beli masyarakat dan pendapatan suatu negara. Resesi 2023, menurut World Bank, disebabkan oleh keadaan di mana bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunga pada saat yang sama sebagai reaksi terhadap inflasi. Proses kenaikan harga secara konsisten dan umum dikenal sebagai inflasi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan inflasi, seperti pandemi COVID-19 dan konflik antara Rusia dan Ukraina yang menghambat aliran komoditas yang dibutuhkan oleh berbagai negara.
Fokus dalam diskusi kali ini berusaha untuk melihat bagaimana respon dari IMF dan World Bank. International Monetary Fund atau IMF bekerja untuk menstabilkan sistem moneter internasional dan memantau mata uang global. Sementara, World Bank Group bekerja sama dengan negara-negara berkembang untuk mengentaskan kemiskinan dan mendorong kemakmuran bersama. Peringatan resesi telah berkembang sebagai akibat dari kebijakan moneter ketat yang diterapkan oleh bank sentral di sejumlah negara. Menurut World Bank, kebijakan moneter bank sentral yang agresif akan menghambat proses pemulihan ekonomi global hingga diperkirakan melambat menjadi sekitar 0,5% pada 2023. Tren perlambatan ekonomi akan berlanjut dalam jangka panjang. Oleh karena itu World Bank menghimbau semua negara untuk berkonsentrasi meningkatkan produksi agar pasokan kembali melimpah dan inflasi dapat dikendalikan. IMF memprediksi, ekonomi dunia hanya akan tumbuh sebesar 3,2% pada 2022, sedangkan 2,9% pada 2023. Dengan skenario ini, IMF bisa menjamin akan ada resesi tahun depan. Kemungkinan paling buruk, laju pertumbuhan ekonomi global akan turun menjadi 2%. IMF mengklaim bahwa perkiraan ekonomi karena Rusia memotong pasokan gas ke Eropa. Akibatnya, inflasi melonjak drastis.
Kegiatan Ngobrol Pintar diakhiri dengan pernyataan hasil diskusi dari moderator. Pendapat dari setiap anggota KOIN memberikan kesimpulan bahwa kemungkinan resesi pada tahun 2023 dapat meningkatkan risiko keuangan, termasuk penurunan serentak di semua kegiatan ekonomi seperti keuangan perusahaan, pekerjaan, dan investasi. Dalam hal ini, tanggapan Bank Dunia dan IMF terhadap potensi resesi 2023 adalah dengan mengeluarkan peringatan kepada negara-negara tentang bahaya penurunan serta rekomendasi bagi pembuat kebijakan tentang bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi akibat penurunan mata uang dan stabilitas untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Karena produktivitas dan alokasi modal sangat penting untuk pertumbuhan dan pemberantasan kemiskinan, kebijakan harus bekerja untuk meningkatkan investasi sembari setiap negara mempertahankan kemandirian negaranya masing-masing. Para pembuat kebijakan juga perlu membina komunikasi antar bangsa dengan baik. Selain itu, pembuat kebijakan juga harus meningkatkan cadangan devisa, membantu rumah tangga rentan, dan mempermudah akses pekerja pengangguran untuk mempersiapkan resesi pada tahun 2023. Setelah pemaparan kesimpulan selesai, kegiatan NGOPI pun kemudian ditutup dan dilanjutkan dengan sesi dokumentasi.
Comments