top of page
Writer's pictureadmin

[REPORT] : WEBINAR NASIONAL LABORATORIUM ORGANISASI INTERNASIONAL 2020

WEBINAR NASIONAL

LESSON LEARNED / STRATEGI NEGARA-NEGARA ASEAN DALAM INDUSTRI PARIWISATA AKIBAT COVID-19 DAN RESPON GLOBAL

KAMIS, 15 OKTOBER 2020


Akibat pandemi Corona Virus Disease-2019 (Covid-19), seluruh negara di dunia mengalami kontraksi ekonomi. Salah satu sektor yang terdampak ialah sektor pariwisata. Berdasarkan data United Nations World Trade Organizations, estimasi total kerugian wisatawan internasional mencapai 850 juta hingga 1,1 millar jiwa. Kerugian pendapatan dari sektor pariwisata mencapai US$ 910 milliar - US$1,2 triliun. Tidak hanya itu, 100 – 120 juta orang telah kehilangan pekerjaan. (UNWTO, 2020) Meninjau kondisi tersebut, Laboratorium Organisasi Internasional menyelenggarakan webinar nasional dengan mengundang Bapak H.E.M Wahid Supriyadi selaku Duta Besar RI untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus (2016 – Juli 2020), Ibu H.E.Sri Astari Rasjdi selaku Duta Besar RI untuk Bulgaria (2016 – Juli 2020), Bapak Dicky Komar, Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Bangkok, Bapak H.E Suprapto Martosoetomo selaku Duta Besar RI untuk Afrika Selatan (2014 – 2017), Ibu Maria Jacinta Arquisola,PhD selaku Dean School of Bussiness President University, Bapak Usmar Salam selaku Pengajar Pariwisata dalam Hubungan Internasional DIHI UGM, dan Ibu Desy Nur Aini Fajri, SIP M.A . Ketujuh pembicara tersebut membahas lebih rinci tema webinar yaitu “Strategi Negara-Negara ASEAN dalam Industri Pariwisata Akibat COVID-19 dan Respon Global”, Kamis (15/10/2020)


Acara webinar dibuka dengan kata sambutan Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Dr. Muhammad Irhas Effendi, M.S. Selanjutnya, acara webinar dipandu oleh moderator, Bapak Adib Zaidani Abdurrohman - Perutusan PBB di New York.


Bapak H.E. Wahid Supriyadi, Duta Besar RI untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus (2016 – Juli 2020), mengawali pemaparan materi tentang tema webinar. Bapak Wahid menyoroti bahwa krisis pandemi Covid-19 merupakan krisis terparah karena penyebab dari krisis ini tidak terlihat, sehingga tidak ada kesiapan dari negara, termasuk negara maju, ketika menghadapi Covid-19. Bapak Supriyadi menyoroti bagaimana pemerintah Rusia dalam memulihkan sektor pariwisata akibat pandemi Covid-19, diantaranya adalah : menetapkan aturan yang sangat ketat dan bagi masyarakat Rusia yang melanggar akan dikenakan denda; mempromosikan wisata domestik; menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat; membuka penerbangan secara parsial; dan memberikan intensif kepada dunia industri. Bapak Wahid melihat bahwa hal-hal tersebut dapat dijadikan pembelajaran atau refleksi bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pariwisata. Salah satu langkah yang disarankan oleh bapak Wahid yaitu menetapkan sekmen sarket, yaitu mulai menggarap quality tourism yang bukan berdasarkan pada kuantitas melainkan kualitas.


Ibu H. E. Sri Astari Rashid, Duta Besar RI untuk Bulgaria, Makedonia Utara, dan Albania, mengatakan bahwa, “tugas yang tidak kalah penting bagi seorang duta besar adalah menjalankan diplomasi untuk promosi Indonesia”. Beliau menjelaskan bahwa upaya diplomasi budaya Indonesia menjadi strategi yang panting bagi pandemi global seperti saat ini. Diplomasi budaya dengan tagline to see, touch, feel and taste Indonesia mendapat respon positif dari berbagai pihak.


Bapak H. E. Suprapto Martosetomo, Duta Besar RI untuk Afrika Selatan (2014 – 2017 ), menyebutkan bahwa ada 3 hal yang harus dipersiapkan oleh tiap negara untuk memperkuat sektor pariwisata, yaitu nyaman, aman, dan menawan. Nyaman dalam artian bahwa obyek wisaata dapat mudah terjangkau oleh alat transportasi. Selain itu, kualitas infrastruktur, akomodasi yang memadai, dan kebersihan di destinasi wisata. Aman ialah standarisasi kesehatan obyek wisata telah sesuai dengan protokol kesehatan. Maksud “menawan” ialah objek wisata benar-benar meyakinkan untuk menciptakan memori akan keindahan Indonesia agar wisatawan dapat kembali berkunjung di Indonesia lagi. Bapak Suprapto juga menyebutkan bahwa hal-hal tersebut dapat tercapai apabila masyarakat terlibat dalam pengelolaan obyek wisata.


Bapak Dicky Komar, Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Bangkok, menyebutkan bahwa akibat Covid-19 prediksi kerugian yang di Thailand mencapai kurang lebih USD 7,3 milliar. Tidak hanya itu, jumlah pengangguran juga mencapai 3,7 juta orang pada kuarter kedua tahun 2020. Di Thailand, sektor yang paling terdampak krisis pandemi ialah sektor pariwisata. Pasalnya, sektor pariwisata menyumbang hampir 20% GDP (Gross Domestic Product) Thailand. Walaupun demikian, Thailand menjadi salah satu negara yang dapat menjadi contoh bagi negara-negara ASEAN dalam menangani Covid-19. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Thailand untuk memulihkan sektor pariwisata dinamakan 3 paket stimulus Thailand. Diantaranya yaitu: Pertama, moral support yakni program subsidi perjalanan bagi tenaga medis. Kedua, we travel together, mencakup subsidi hotel, paket wisata yang bertujuan untuk meningkatkan wisatawan domestik Thailand. Ketiga, travel to happiness berupa subisidi pada transportasi pesawat, dan sebagainya. Pemerintah Thailand memiliki motto “no one is safe until everyone is safe.” Meninjau hal tersebut, bapak Dicky Komar memberikan beberapa pembelajaran yang dapat diaplikasikan di Indonesia, yaitu : dengan menyediakan kuota inbound orang asing yang masuk ke Indonesia, kebijakan yang sinergis dan komprehensif, meningkatkan kebijakan kesehatan publik, dan meningkatkan bidang research and development serta technology.

Ibu Maria Jacinta Arquisola, Dean, School of Business President University, menyebutkan bahwa sektor pariwisata merupakan kunci penggerak pertumbuhan perekonomian Filipina. Dalam artian bahwa Filipina juga negara anggota ASEAN yang turut merasakan kerugian besar dalam bidang pariwisata akibat pandemi Covid-19. mengingat Filipina juga cukup bergantung pada sektor pariwisata untuk perekonomian negaranya. Mengutip data dari UNWTO, Ibu Maria menyebutkan bahwa “domestic tourism is going to be a key to recovering post COVID-19 condition”. Meninjau hal tersebut, beliau mengatakan bahwa pariwisata domestik/lokal menjadi prioritas nomor satu bagi pemerintahan Filipina. Pemerintah Filipina juga menyebutkan akan meningkatkan fokus pada health and hygiene dengan alasan bahwa menigkatkan kesehatan dan kebersihan akan menambah nilai lebih pada tingkat kompetitif pada sektor pariwisata di masa yang akan datang. Beliau juga menyebutkan bahwa ada beberapa program yang tengah diselenggarakan oleh pemerintah Filipina dan berharap hal tersebut dapat menjadi lessons learned bagi Indonesia yang juga tengah menghadapi kondisi serupa. Beberapa program tersebut, seperti: subsidi rehabilitasi bagi provinsi yang terdampak, merehabilitasi bisnis kecil yang membutuhkan bantuan dengan cara memberikan pinjaman mudah tanpa jaminan, dan yang tidak kalah penting adalah safe travels stamp dengan mengadopsi standar protokol kesehatan dunia.


Bapak Usmar Salam, Pengajar Pariwisata dalam Hubungan Internasional DIHI UGM, mengatakan bahwa praktis indeks pariwisata negara-negara di reset menjadi nol (0). Terlebih sektor pariwisata penting bagi negara-negara ASEAN karena mayoritas negara memiliki potensi pariwisata yang besar dan bahkan beberapa diantaranya bergantung pada sektor tersebut. Sebagai pembelajaran dari negara ASEAN, lembaga Tourism Authority Thailand (TAT) dari Thailand dan lembaga turis di Malaysia dan Singapura dapat menjadi contoh bagi Indonesia untuk membuat lembaga otoritas khusus pariwisata.


Pembicara terakhir, Ibu Desy Nur Aini, SIP, MA, dosen Ilmu Hubungan Internasional UPN “Veteran” Yogyakarta menjelaskan mengenai bagaimana membangun inovasi dan sinergi industri pariwisata di era new normal. Hampir sama dengan pembicara sebelumnya, ibu Desy juga menyoroti bahwa perlu adanya sinergi pemerintah, kelompok komunitas, media, pelaku bisnis, akademisi, dan masyarakat untuk memulihkan industri pariwisata. Namun, ibu Desy menambah salah satu aktor yaitu heroic actor (tokoh inspiratif). Keberadaan heroic actor dapat menyalurkan ide-ide dalam strategi pemasaran kreatif secara digital, terutama dalam era digitalisasi saat ini.


Setelah pemaparan materi terakhir dari Ibu Desy Nur Aini, SIP,M.A, moderator mengambil alih acara dengan membuka sesi tanya jawab peserta dengan para pembicara. Antusiasme para peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang masuk di kolom chat. Moderator memilih 7 pertanyaan yang ditujukan ke tiap-tiap pembicara. Setelah tiap pembicara telah menjawab pertanyaan, moderator menutup sesi tanya jawab. Acara kemudian ditutup dengan pengumuman pemenang Interlaboratory Debate 2020 dengan pemenang I dari KSM Diplomasi, pemenang II dari KSM Iron Fire, dan Best Speaker – Sayyidul Mubin


Notulen : Jesica Nikita Rachel br Ginting


REFERENSI :

UNWTO, “International Tourism and COVID-19”, https://www.unwto.org/international-tourism-and-covid-19

57 views0 comments

Recent Posts

See All

Comentários


bottom of page