top of page
Writer's pictureadmin

AKSI TEROR DI SRI LANKA, BAGAIMANA CARA ICRC MEMBANTU KORBAN?

Oleh Uswatun Khasanah


Sri Lanka, sebelumnya disebut Ceylon, merupakan negara kepulauan yang terletak di Samudera Hindia dan dipisahkan dari India oleh Selat Palk. Secara resmi menjadi Sri Lanka pada tahun 1972. Lingkungan fisik dengan keanekaragaman yang luas menjadikan Sri Lanka salah satu negara paling indah di dunia. Sebagai rumah dari beberapa kelompok etnis, masing-masing dengan warisan budayanya sendiri. Sri Lanka juga memiliki hutan-hutan indah yang masih alami, bahkan dinobatkan sebagai negara teratas yang harus dikunjungi pada tahun 2019.


Faktanya, mulai dari awal tahun ini, para turis memilih untuk tidak melakukan kunjungan ke Sri Lanka. Apa yang terjadi? Mengingat kembali sebuah kejadian di bulan April 2019 yaitu serangkaian bom menghancurkan gereja dan hotel di Sri Lanka pada hari Minggu Paskah, menewaskan 290 orang dan melukai ratusan lainnya. Beberapa bom meledak di dalam gereja selama kebaktian Paskah di tiga kota. Minoritas Kristen di Sri Lanka tampaknya menjadi target utama serangan tersebut. Menurut pejabat keamanan di Sri Lanka, kelompok teroris Islam, National Thowheeth Jama'ath kemungkinan pelaku atas serangan tersebut. Sejauh ini dua puluh empat tersangka telah ditahan, meskipun para pejabat Sri Lanka belum merilis nama mereka.


Kelompok ekstrimis lokal yang relatif kecil tersebut sampai saat ini tidak dikaitkan dengan serangan teroris besar apa pun, dan telah dikaitkan terutama dengan perusakan patung Buddha di negara tersebut. Pihak berwenang mengatakan bahwa kelompok itu kemungkinan mendapat bantuan dari teroris di luar negeri. "Kami tidak percaya serangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang dikurung di negara ini," kata Menteri Kesehatan dan juru bicara Kabinet Sri Lanka Rajitha Senaratne dalam konferensi pers pada hari Senin. "Ada jaringan internasional yang tanpanya serangan ini tidak akan berhasil. Meskipun tidak segera jelas siapa yang berada di balik delapan ledakan yang melumpuhkan negara itu, Manisha Gunasekera, komisaris tinggi Sri Lanka ke Inggris, mengatakan ledakan itu "jelas merupakan aksi teror." Sepuluh hari sebelum serangan, sebuah memo peringatan kemungkinan serangan telah diedarkan, menimbulkan pertanyaan tentang apakah yang bisa dilakukan pemerintah untuk mencegah hal tersebut sehingga pada akhirnya jam malam di seluruh pulau diberlakukan sampai keesokan paginya. (https://edition.cnn.com/interactive/2019/04/world/sri-lanka-attacks/ diakses pada tanggal 2 november 2019)


Dengan banyaknya korban yang diakibatkan oleh aksi teror tersebut, pemerintah Sri Lanka tentu tidak dapat menyelesaikan masalah negaranya sendirian. Sehingga, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari pihak lain. Dari hal inilah, peran organisasi internasional dapat kita lihat. Para korban yang terluka langsung mendapatkan bantuan dari organisasi Palang Merah Internasional (ICRC) yang bekerja sama dengan komunitas regional yaitu Sri Lanka Red Cross Society. Mereka bersama-sama membantu dan menyadarkan masyarakat dunia untuk memberikan bantuan sebisanya.


ICRC (International Committee of the Red Cross atau Komite Internasional Palang Merah) didirikan hampir satu setengah abad yang lalu. ICRC berupaya memelihara kemanusiaan di tengah kancah peperangan. Prinsip yang menjadi pedoman ICRC ialah bahwa dalam perang pun ada batas-batasnya, yaitu batas-batas bagi cara melakukan perang itu sendiri dan batas-batas bagi perilaku kombatan. Kumpulan aturan yang dibentuk dengan mempertimbangkan prinsip tersebut dan telah disahkan oleh hampir semua Negara di dunia yang dikenal dengan nama Hukum Humaniter Internasional (international Humanitarian Law), yang landasan utamanya ialah Konvensi-Konvensi Jenewa (the Geneva Conventions). Walaupun ICRC menjalin hubungan tetap dengan negara-negara, ICRC selalu menekankan statusnya sebagai organisasi yang independen, alasannya ialah bahwa hanya jika ICRC bebas bertindak secara mandiri terhadap pemerintah atau penguasa manapun, ICRC akan dapat melayani kepentingan sesungguhnya yang ada pada para korban konflik. Para korbanlah yang menjadi inti misi kemanusiaan ICRC. ICRC rutin memberikan bantuan kepada Sri Lanka sejak tahun 1989. Memberikan bantuan mata pencaharian, fasilitas air dan sanitasi untuk rumah tangga dan masyarakat yang rentan di utara dan timur Sri Lanka. Mendukung keluarga orang hilang dengan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk memperjelas nasib dan keberadaan orang yang hilang dan membantu menangani kebutuhan ekonomi-sosial, hukum dan administrasi keluarga.


Kaitannya dengan korban pengeboman di Sri Lanka awal tahun ini, ICRC berperan sebagai mediator bagi masyarakat dunia yang ingin memberikan bantuan. Palang Merah Amerika telah membuat pengumuman, bahwa Palang Merah Sri Lanka dan Kantor Palang Merah Internasional Asia Pasifik menerima sumbangan. Sri Lanka Red Cross Society saat ini bekerja untuk menghubungkan orang-orang dengan orang yang mereka cintai yang telah terpisah dalam kekacauan setelah pemboman. Saat ini ada sejumlah kampanye penggalangan dana di situs Palang Merah Sri Lanka untuk mendukung para korban pemboman, termasuk kampanye untuk mendapatkan $ 50.000 USD.


Kegiatan yang dilakukan oleh ICRC tentunya sangat membantu bagi masyarakat. Bantuan tersebut dapat dirasakan oleh Sri lanka dengan bukti bahwa Sri Lanka dapat tumbuh kembali dengan cepat dari keterpurukannya. Tiffany Misrahi, WAkil Presiden di WTTC mengakatan “penting bagi pemerintah dan sektor swasta untuk meningkatkan manajemen mereka guna mengatasi krisis secara efektif dan meningkatkan daya tanggap mereka terhadap goncangan guna memastikan pemulihan yang cepat”. sehingga dapat kita lihat, kerjasama antar berbagai pihak dapat memperbaiki segala kerusakan yang ada. (https://edition.cnn.com/travel/article/sri-lanka-tourism-comeback/index.html diakses pada tanggal 2 november 2019)


Source:

14 views0 comments

Comments


bottom of page