Oleh : Lucky Kardanardi
Pada bulan Agustus lalu, dunia internasional dibuat sedih dengan terbakarnya hutan Amazon. Ini tentunya sangat menyedihkan mengingat Amazon merupakan hutan tropis terbesar dan dapat dikatakan sebagai paru-paru dunia yang memproduksi 20% air dan oksigen yang dihirup manusia. Kondisi ini diperparah dengan media internasional yang menyebutkan bahwa Presiden Brazil, Jair Bolsonaro, merupakan orang yang tidak percaya terhadap pemanasan global. Dugaan yang timbul mengenai alasan terbakarnya Amazon juga mengatakan bahwa hal ini dikarenakan Bolsanaro mengesampingkan isu-isu lingkungan. Bahkan di pemerintahan Bolsanaro, banyak NGO yang bergerak dalam isu-isu lingkungan kesulitan mendapatkan dana. Misalnya pada Januari lalu dimana NGO gagal dipersulit ketika mendapat donasi untuk konservasi lingkungan, di antaranya dari Jerman dan Norwegia senilai 288 juta USD.
Tulisan ini tidak bermaksud memojokkan Presiden Bolsanaro. Faktanya Brazil hingga kini merupakan negara berkembang yang masih memprioritaskan ekonomi ketimbang lingkungan. Jadi ketika ada hal yang memberikan keuntungan besar dalam konteks ekonomi, hal ini lebih diprioritaskan walaupun terkadang mengorbankan kelestarian lingkungan. Misalnya pembakaran hutan untuk membuka lahan yang lebih dipilih oleh pelaku ekonomi karena dinilai lebih murah secara ekonomis. Tulisan di atas hanyalah sebagai gambaran bagaimana posisi lingkungan di negara berkembang yang terkadang bukan menjadi prioritas.
Dengan kondisi yang menunjukkan lingkungan hidup bukan merupakan prioritas utama bagi pemerintah, maka hal ini menandakan bahwa kelestarian lingkungan mendapatkan ancaman yang lumayan serius. Artinya harus ada aktor yang memprioritaskan kelestarian lingkungan. Salah satu aktor yang dinilai strategis untuk menjaga kelestarian lingkungan ini adalah Non-Governmental Organization atau sering disingkat NGO. Namun walaupun dalam tulisan ini disebutkan bahwa NGO merupakan aktor yang strategis, namun tidak sekuat pemerintah atau negara. Hal ini membuat dampak dari apa yang dilakukan NGO tidak sebesar negara atau pemerintah secara fisik. Namun NGO tetap bisa memberikan peranan yang besar.
Misalnya, dalam kasus kebakaran hutan Amazon yang terjadi di Brazil, pemerintah mendapat kritik yang sangat pedas dari NGO yang bergerak dalam bidang lingkungan salah satunya Greenpeace. Kritik ini sendiri merupakan bentuk dari tekanan yang diberikan terhadap pemerintah agar pemerintah bekerja lebih keras lagi untuk menangani bencana yang menimpa Amazon. Terlebih di beberapa negara berkembang, salah satunya Indonesia namun tidak termasuk Brazil, dalam parlemen mereka tidak terdapat partai hijau. Maka dalam kondisi ini, NGO yang bergerak dalam isu lingkungan memiliki peranan yang sangat penting untuk selalu mengkritik kebijakan yang tidak ramah lingkungan. Perlu diketahui juga bahwa Greenpeace merupakan NGO yang terbilang terkenal dan banyak mengikuti perkembangannya, hal ini membuat kritik dari Greenpeace merupakan kritik yang legitimate yang idealnya memberi tekanan terhadap kebijakan pemerintah yang tidak ramah lingkungan. Ini menunjukkan bahwa dalam negara masih ada masyarakat yang peduli terhadap kelestarian lingkungan yang harus didengar pemerintah.
Selain memberikan kritik konstruktif terhadap pemerintah, umumnya NGO juga melakukan penelitian. Ketika hasil penelitian itu dipublikasikan, maka hasil itu akan mengedukasi masyarakat. dengan begitu masyarakat yang membaca hasil penelitian tersebut akan teredukasi dan diharapkan lebih peduli lagi terhadap isu-isu lingkungan. Kembali menyinggung Greenpeace, seringkali temuan dari ivestigasi Greenpeace merupakan temuan berani karena NGO ini independen. Misalnya tahun 2018 lalu ketika Greenpeace Indonesia mempublikasikan investigasi mereka yang menunjukkan bahwa salah satu perusahaan sawit mengganggu kelestarian lingkungan. Dengan hasil investigasi ini banyak masyarakat yang menekan pemerintah untuk melakukan tindakan yang tegas terhadap perusahaan ini. Hal ini menunjukkan menunjukkan bahwa sering kali hasil investasi dari suatu NGO memberi kita informasi dari hal yang kadang sulit diketahui.
Petisi-petisi yang dilakukan oleh NGO juga memberikan pengaruh terhadap suatu kebijakan. Misalnya petisi yang diadakan oleh Greenpeace sebagai bentuk keprihatinan atas terbakarnya hutan Amazon. Ini menunjukkan bahwa protes yang dilakukan oleh NGO semacam Greenpeace banyak mendapatkan dukungan, yang berarti protes tersebut legitimate. Hal yang sering dilakukan oleh NGO selanjutnya tentu melakukan konservasi secara langsung. Contohnya adalah Center of Orangutan Protection (COP) yang melakukan konservasi secara langsung terhadap orangutan dan Greenpeace yang melakukan penghijauan secara massal bersama masyarakat.
Kesimpulan dari tulisan ini adalah bahwa walaupun NGO ini tidak memiliki otoritas seperti halnya pemerintah, namun kritik dari NGO bisa memberi tekanan terhadap pemerintah. Selain itu NGO memberikan informasi dari hasil investigasi maupun penelitian yang dilakukan. Yang terakhir, NGO juga melakukan aksi langsung yang salah satunya adalah konservasi lingkungan. Maka dengan ini, NGO merupakan merupakan aktor yang berpengaruh walaupun bukan aktor utama yang memiliki otoritas.
Comments