Kekerasan yang ada pada anak-anak dapat terjadi baik dalam bentuk kekerasan fisik, kekerasan seksual, maupun kekerasan emosional. Kekerasan pada anak juga dapat terjadi di manapun, baik di lingkungan sekitar rumah, sekolah, atau bahkan di dalam rumah itu sendiri.
Setiap individu berhak untuk bahagia selama melewati masa anak-anaknya. Masa anak-anak merupakan suatu fase penting dalam kehidupan seorang individu karena di masa inilah suatu kepribadian dari individu tersebut akan mulai terbentuk. Namun, tidak setiap anak dapat melewati masa tersebut dengan bahagia. Terdapat banyak alasan mengapa seorang anak tidak dapat melewati harinya dengan bahagia. Salah satunya adalah karena terjadinya kekerasan pada anak. Kekerasan yang ada pada anak-anak dapat terjadi baik dalam bentuk kekerasan fisik, kekerasan seksual, maupun kekerasan emosional. Kekerasan pada anak juga dapat terjadi di manapun, baik di lingkungan sekitar rumah, sekolah, atau bahkan di dalam rumah itu sendiri.
Menurut data dari United Nations Emergency Children's Fund (UNICEF), terdapat 4 dari 10 anak perempuan pada umur 15-19 tahun telah mengalami kekerasan yang berdasar gender. Kemudian 1,1 juta perempuan diumur yang sama telah mengalami kekerasan seksual dan 1 dari 4 anak perempuan tercatat melakukan pernikahan dini. Lalu, terdapat 2 dari 3 anak telah mengalami kekerasan akibat tindak kedisiplinan di rumah mereka sendiri, dan 1 dari 3 anak mendapatkan hukuman fisik atas kesalahan yang mereka lakukan. Data untuk remaja sendiri, tercatat 3 dari 10 remaja merupakan korban bullying di sekolahnya. Hal tersebut lebih parahnya, tercatat 64 remaja tewas akibat pembunuhan per harinya. Data yang ada tersebut, membuktikan bahwa bahkan, sekarang ini, dunia bukanlah tempat yang aman bagi anak-anak dan remaja.
UNICEF, sebagai organisasi internasional yang memiliki fokus untuk memperjuangkan hak anak, tentu saja tidak tinggal diam setelah melihat data yang ada. Berbagai cara dilakukan UNICEF untuk menyadarkan berbagai pihak tentang bahaya jangka panjang yang datang dari kekerasan yang dialami pada masa anak-anak maupun pada masa remaja. Salah satunya dengan mengadakan kampanye anti kekerasan pada anak yang dinamakan dengan kampanye #ENDviolence. Dapat dilihat dari adanya kampanye ini, UNICEF mencoba untuk mengajak banyak pihak untuk menghentikan kekerasan yang terjadi baik pada anak maupun pada remaja. Hal ini dikarenakan upaya untuk menghentikan kekerasan pada anak maupun remaja ini tidak dapat dilakukan melalui satu pihak saja. Upaya untuk menghentikan kekerasan pada anak, UNICEF melakukan upaya pendekatan melalui berbagai bidang. Diantaranya dengan memperkuat sistem kesejahteraan masyarakat, perlindungan terhadap anak, kesehatan, pendidikan,dan keadilan bagi semua. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak dan remaja. Lalu dilakukan penanganan yang memadai apabila tindak kekerasan terlanjur terjadi.
Selain itu, UNICEF juga turut serta menggandeng orang-orang berpengaruh dalam upayanya untuk mensosialisasikan kampanye #ENDviolence ini. Duta UNICEF bagi kampanye #ENDviolence ini berasal dari berbagai bidang profesi. Dari atlet, model, aktor, hingga penyanyi. Seperti Liam Neeson, aktor berkebangsaan Irlandia Utara, pesepakbola kondang David Beckham, hingga grup penyanyi asal Korea Selatan yang sedang naik daun BTS nurut berkontribusi dalam kampanye UNICEF. UNICEF juga mengajak para pemimpin dunia untuk sadar dan menaruh perhatian atas kekerasan yang terjadi pada anak-anak dan remaja melalui pertemuan-pertemuan multilateral yang diadakan misalnya pada United Nation General Assembly yang diadakan pada bulan September ini.
Dapat dilihat dari barbagai upaya yang telah dilakukan, bahwa UNICEF tidak main-main dalam usahanya unutuk mengakhiri kekerasan terhadap anak dan remaja. Kita sebagai mahasiswa, tentu saja dapat turut serta dalam membantu mengakhiri kekerasan pada anak dan remaja. Seperti dengan tidak melalukan tindakan bullying itu sendiri, melaporkan apabila mendapati tindakan kekerasan terhadap anak maupun remaja, ataupun dengan membantu korban kekarasan untuk bangkit dan menemukan kebahagiaan dan semangat hidupnya kembali.
-Penulis
Agnia Tasya Safitri
Kadiv I Pendidikan 2017/2018
Commentaires