Oleh: Mella Syaftiani
Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP bersama organisasi internasional, Food and Agriculture Organization atau FAO meluncurkan Unit Pengolahan Ikan Pindang Higienis di Dusun Lekok, Desa Gondang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Unit pengolahan ini didirikan sebagai upaya perbaikan rantai nilai pangan pada pengolahan dan peningkatan produktivitas komoditas ikan pindang di masyarakat.(https://bisnis.tempo.co/read/1260505/gunakan-bungkil-sawit-menteri-susi-sukses-genjot-ikan-budidaya diakses pada tanggal 24 oktober 2019)
Pemindangan merupakan pengolahan sekaligus pengawetan ikan yang menggunakan metode penggaraman dan pemanasan. Pengolahan tersebut dilakukan dengan merebus atau memanaskan ikan dalam suasana bergaram selama waktu tertentu di dalam suatu wadah (Adawyah 2007). Metode pemindangan tersebut menghasilkan ikan pindang yang higienis, memiliki daya jual yang tinggi serta kaya akan gizi.
FAO merupakan salah satu organisasi yang berada di bawah naungan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berkewenangan mengurus pangan di dunia dan hasil-hasil pertanian. Usaha-usaha yang telah dilakukan FAO yaitu; memberikan pendidikan bagi masyarakat di negara-negara anggota dalam bidang pertanian dan pangan, memperbaiki produksi dan distribusi di bidang pertanian, memelihara dan melestarikan keadaan tanah maupun air tanah dan memberikan bantuan atau kredit untuk meningkatkan hasil pertanian bagi negara-negara yang membutuhkan. (https://www.kompasiana.com/farahmona/5c726b0aaeebe12af6134a1c/apa-itu-organisasi-internasional-fao diakses pada tanggal 24 0otober 2019)
Di Indonesia, FAO melakukan kerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP untuk meningkatkan daya jual ikan pindang di dusun lekok. FAO juga memberikan dukungan fasilitas terhadap pengembangan Unit Pengolahan Ikan yang sesuai dengan standar nasional, serta memberikan pelatihan kepada masyarakatnya dalam peningkatan kapasitas terkait pengolahan ikan pindang sesuai dengan standar kebersihan dan kesehatan.
Cara yang dilakukan FAO dalam meningkatkan usaha ikan pindang ini adalah dengan memperbaiki manajemen bisnis. Program yang dilakukan FAO dalam memperbaiki manajemen bisnisnya adalah dengan mengatur bisnis yang lebih terstruktur, yaitu warga dusun Lekok diberikan arahan membuat produk agar konsumen tertarik dan diminati baik konsumen lokal maupun internasional. Selain itu, FAO juga memberikan strategi penjualan yang baik kepada warga dusun Lekok, sehingga ikan pindang higienis ini bisa diminati di pasar nasional maupun internasional.
Pindang presto dan pindang higienis merupakan produk yang dihasilkan dari Unit Pengolahan Ikan. Innes Rachmania, Pengolahan dan Bina Mutu, Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) mengatakan bahwa produk pindang ini bisa menjadi beragam jika mengalami peningkatan pada pasar baru nantinya. Dengan pengolahan ikan pindang higienis ini maka hasil produk olahannya bisa lebih bersih, bergizi dan mempunyai nilai tambah.
FAO memberikan bantuan senilai Rp84.459.250 berupa peralatan pengolahan seperti boiling table, cooker hood, washing table, working table, wash basin, storage rack, grease trap, chest freezer, low temperature freezer, gas stand burner, vacuum packing machine, dan timbangan digital. Hal ini dilakukan FAO sebagai upaya untuk memudahkan warga dusun Lekok dalam mengolah ikan pindang.
Kerjasama FAO dalam pemberdayaan ikan pindang ini menjadikan ikan pindang di dusun Lekok memiliki daya jual, sehingga membantu masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup mereka. Hal itu sejalan dengan misi FAO yaitu menyejahterakan masyarakat di dusun Lekok dalam peningkatan pangan dan perekonomiannya serta stimulan bagi Unit Pengolahan Ikan Pindang Higienis dalam memperbaiki nilai tambah produk pindang yang terjamin mutu dan keamanan produknya.
Source:
1. https://bisnis.tempo.co/read/1260505/gunakan-bungkil-sawit-menteri-susi-sukses-genjot-ikan-budidaya diakses pada tanggal 24 oktober 2019
2. https://www.kompasiana.com/farahmona/5c726b0aaeebe12af6134a1c/apa-itu-organisasi-internasional-fao diakses pada tanggal 24 0otober 2019
Comentarios