top of page
Writer's pictureadmin

KETERLIBATAN ORGANIZATION FOR SECURITY AND COOPERATION IN EUROPE (OSCE) DALAM KONFLIK UKRAINA TIMUR

Oleh : Dhayan Wijaya


Konflik Ukraina Timur merupakan sebuah konflik yang aktual dalam dunia internasional pada saat ini. Konflik ini sejak awalnya dikarenakan oleh adanya aksi demonstrasi oleh penduduk Ukraina yang berwilayah di Ukraina Barat untuk menjatuhkan rezim presiden Viktor Yanukovich. Yanukovich dalam hal ini telah terbukti tengah menunda perjanjian ekonomi dengan Uni Eropa dikarenakan adanya intervensi Federasi Rusia. Hal tersebut kemudian memunculkan aksi di Maidan, dengan nama yaitu Euromaidan atau dengan kata lain yaitu Revolusi Kuning. Aksi ini kemudian berakhir dengan dijatuhkannya Presiden Viktor Yanukovich dan membuatnya melarikan diri ke Rusia. Pemerintahan yang kosong kemudian membuat parlemen mengadakan pemilu. Pemilu kemudian dimenangkan oleh seseorang yang dapat dikatakan cukup nasionalis yaitu Petro Poroshenko. Beliau menang atas lawannya di pemilu tanpa harus melakukan pemungutan suara kedua.


Gambar 1.1 : Logo Organization for Security Cooperation in Europe (OSCE)

Petro Poroshenko yang dikenal nasionalis kemudian menerapkan pelarangan penggunaan Bahasa Rusia di wilayah Ukraina yang kemudian disambut kurang baik oleh masyarakat Ukraina Timur. Masyarakat di wilayah Ukraina yang tidak terima dengan kebijakan tersebut kemudian memulai aksi mereka dengan melakukan referendum untuk memerdekakan dirinya. Wilayah yang melakukan referendum meliputi wilayah Donetsk dan Lugans dengan kemudian mendirikan Luhanks People Republic (LPR) dan Donetsk People Republic (DPR). Aksi tersebut kemudian mendapat respon dari federasi Rusia yang sebenarnya telah lama mengincar wilayah tersebut untuk kepentingan geopolitik dengan menyuplai senjata secara illegal kepada kelompok tersebut. hal ini kemudian memicu adanya perang diantara kedua belah pihak yaitu pemberontak yang terdiri dari LPR dan DPR serta pihak pemerintah Ukraina yang tentu saja menolak aksi tersebut dan menjuluki aksi tersebut adalah tindakan terorisme.


Dalam merespon adanya konflik ini, salah satu organisasi keamanan terbesar di dunia yang bermarkas di Eropa yaitu OSCE, melakukan beberapa aksi dalam upayanya menyelesaikan konflik ini. Keterlibatan OSCE dalam konflik ini, bukan tanpa sebuah dasar. Ukraina dan Rusia sendiri merupakan anggota dari organisasi tersebut. Pada tahun 2014, terjadi sebuah perjanjian damai yang diinisiasi oleh OSCE dan Jerman yang melibatkan pihak-pihak yang terlibat. Perjanjian ini biasanya dapat disebut Trilateral Contact Group yaitu dalam konflik ini adalah pemberontak (LPR dan DPR), Ukraina, dan Federasi Rusia. Perjanjian damai ini kemudian dinamakan Minsk Agreement 1. Perjanjian ini dalam implementasinya ternyara mengalami kecacatan di lapangan dengan terjadinya sebuah kejadian yaitu ditembaknya pesawat sipil MH-17 di perbatasan Ukraina Barat dan Timur. Setelah dilakukan investigasi di Den haag, rudal yang menghantam pesawat dicirikan seperti rudal milik Rusia. Perjanjian ini dikatakan gagal dan kemudian dilanjutkan dengan perjanjian Minsk-2.


Gambar 1.2 : Peacekeepers OSCE yang menjaga perbatasan Ukraina Timur

Dalam perjanjian ini, keterlibatan OSCE semakin besar yang dimana dalam perjanjian ini, OSCE dapat masuk lebih jauh ke dalam area konflik. Perjanjian Mins-2 memutuskan OSCE untuk dapat turun langsung ke wilayah konflik dengan melaukan misi monitoring yang disebut special monitoring mission. Misi ini sama sekali tidak membawa kepentingan manapun di dalam konflik selain untuk dapat membantu menyelesaikan konflik. Dalam misi ini, wewenang dari OSCE adalah mencatat seberapa besar ekskalasi perang yang ada serta mendata korban terdampak perang ini. Beberapa hal lain seperti dialog di lapangan secara langsung dengan pemangku kepentingan juga dilakukan oleh OSCE. Beberapa check point kemudian dibuat seperti di wilayah Luhansk untuk dapat memastikan misi ini dapat berjalan dengan baik. Keterlibatan OSCE dalam konflik ini menurut penulis masih terhambat oleh asas non interference yang dimana dalalm implementasinya masih terhadang oleh masalah kedaulatan pihak-pihak yang terlibat. Sejauh ini upaya OSCE belum bias mencapai titik maksimalnya sehingga konflik masih terus terjadi dan korban akibat perang semakin bertambah.

Source :


125 views0 comments

Comments


bottom of page