top of page
Writer's pictureadmin

KETERLIBATAN WOMEN PEACEKEEPERS DALAM MISI PERDAMAIAN PBB

Oleh : Nonik Fitri Mayangsari


Perserikatan Bangsa Bangsa adalah suatu wadah aspirasi masyarakat dunia untuk perdamaian. Operasi perdamaian telah terbukti menjadi salah satu alat paling efektif yang tersedia untuk membantu mengarahkan negara yang mengalami konflik menuju proses perdamaian. Operasi perdamaian memiliki posisi unik mencakup legitimasi dan kemampuan untuk menghimpun pasukan beranggotakan tentara dan polisi dari seluruh dunia, mengintegrasikan mereka ke dalam pasukan penjaga perdamaian dengan tujuan melaksanakan mandat perdamaian yang bersifat multidimensional. Operasi perdamaian PBB memberikan jaminan keamanan dan dukungan politik untuk membantu negara konflik dalam menjalankan proses transisi dari konflik menuju perdamaian (Paramasatya, 2015:52).


Dalam konteks ini PBB menuntut personil yang terlibat didalamnya memiliki standar kemampuan dan integritas yang tinggi. Women Peacekeepers adalah wanita-wanita dengan berbagai peran dan tugasnya yang sangat penting, yang tergabung di dalam misi perdamaian PBB. Salah satu cara memastikan dimensi gender dari operasi perdamaian yang multidimensional adalah integrasi efektif bagi wanita dalam operasi perdamaian. Department for Peacekeeping Operation (DPKO) telah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menekankan pentingnya wanita untuk memiliki mandat dari operasi penjaga perdamaian meliputi akses untuk bekerja dengan kelompok rentan, terutama para korban kekerasan seksual dan kekerasan berbasis gender atau sexual and gender based violence (Paramasatya, 2015:52).


Wanita semakin memiliki peran yang signifikan dalam bidang-bidang operasi perdamaian dan telah membuat dampak positif pada operasi perdamaian, baik melalui peningkatan peran wanita dalam proses bina damai maupun perlindungan terhadap hak-hak wanita sendiri. Dalam semua bidang operasi perdamaian, pasukan penjaga perdamaian wanita telah membuktikan bahwa mereka dapat melakukan peran yang sama, dengan standar yang sama dan di bawah kondisi sulit yang sama seperti pria. Sudah menjadi suatu keharusan operasional bagi operasi perdamaian untuk merekrut dan mempertahankan pasukan penjaga perdamaian wanita.


Dalam banyak kejadian, wanita lebih cakap mengemban tugas-tugas perdamaian, termasuk mengumpulkan informasi dari korban kejahatan seksual; bekerja di penjara-penjara wanita; menolong wanita bekas pejuang selama demobilisasi atau proses kembalinya ke kehidupan sipil dan dapat bertindak selaku mentor atau kakak pembina bagi calon kadet penegak hukum. Wanita Penjaga Perdamaian juga dapat bertindak selaku figur teladan, yang menjadi sumber inspirasi bagi wanita dan anak gadis di dalam lingkup masyarakat yang selalu didominasi pria, dimanapun mereka pergi dan bertugas dalam misi perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa (TNI AU, 2019).


Keterlibatan wanita dalam misi perdamaian ini dihargai dengan adanya peringatan yang dilakukan setiap tanggal 29 Mei. PBB memperingati peran serta wanita, yang setiap tahunnya diperingati juga sebagai The International Day of UN Peacekeepers. Sebab resolusi PBB No. 1325 disebut juga sebagai perluasan peranan wanita dalam operasi-operasi perdamaian PBB.

Kini, wanita dapat berperan aktif dalam misi perdamaian tanpa terbatas oleh gender meskipun harus meninggalkan keluarganya sejenak. Kemajuan ini telah menempatkan wanita sebagai salah satu garda terdepan dalam menjalankan misi perdamaian. Terlepas dari jumlah tentara wanita yang lebih sedikit dibandingkan tentara pria, namun peran yang telah dilakukan oleh tentara wanita telah sama hebatnya dan dapat menyentuh berbagai lapisan masyarakat seperti perempuan dan anak-anak karena kemampuannya dalam merangkul mereka.


SUMBER REFERENSI

Paramasatya, Satwia.“Peran Penjaga Perdamaian Wanita dalam Proses Bina-Damai: Studi

Kasus Operasi Monusco”. IJIS Vol. 2, No. 1, Juni 2015 hal. 53


TNI AD. “Wanita Pemelihara Perdamaian (Woman Peacekeepers)” diakses dari

47 views0 comments

Comments


bottom of page