Oleh : Andini Wahma Pradipta
OSCE (Organization for Security and Co-operation in Europe) merupakan Organisasi
yang memiliki pendekatan keamanan yang komprehensif yang mencakup aspek politik-
militer, ekonomi dan lingkungan, dan manusia. Oleh karena itu, organisasi ini membahas
berbagai masalah terkait keamanan, termasuk pengendalian senjata, langkah-langkah
pembangunan kepercayaan dan keamanan, hak asasi manusia, minoritas nasional,
demokratisasi, strategi kepolisian, kontra-terorisme dan kegiatan ekonomi dan lingkungan.
OSCE Minsk Group merupakan institusi yang dibentuk dengan salah satu tujuannya adalah
mengatasi konflik yang terjadi di Nagorno-Karabakh.(Osce.org).
Diketahui, Konflik di wilayah Nagorno-Karabakh kembali memanas pada tanggal 27
September 2020 yang diakibatkan karena kedua negara saling menuduh telah memulai
serangan terhadap satu sama lain. Kementerian Pertahanan Azerbaijan menuduh pasukan
Armenia telah melakukan serangan di luar Nagorno-Karabakh yakni Dashkesan. Sebaliknya,
Armenia menuduh pasukan Azerbaijan telah lebih dahulu melepaskan tembakan ke unit
militernya di Kota Vardenis. Konflik berlanjut hingga 28 September 2020. Konflik ini kembali
memanas diduga karena dukungan kekuatan militer yang dimiliki oleh kedua Negara
tersebut.(Berkas.dpr)
OSCE sendiri telah berperan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di wilayah
Nagorno-Karabakh dari sejak dulu saat awal dimulainya konflik tersebut. Namun peran OSCE
belum menunjukkan hasil yang signifikan dan masih dianggap gagal dalam menyelesaikan
konflik tersebut karena disebabkan oleh beberapa faktor seperti dinamika konflik yang terus
muncul sehingga grafik dalam konflik wilayah tersebut tidak kunjung stabil, terdapat juga
intervensi dari pihak internal dan eksternal yang turut menjadi penyebab kegagalan OSCE
Minsk Group dalam menyelesaikan konflik tersebut.(Repository.Unair)
Sejak konflik kedua negara muncul kembali pada tanggal 27 September 2020, para
pemimpin OSCE Minsk Grup telah mengadakan pertemuan pertamanya dengan kedua
negara di Jenewa pada tanggal 8 Oktober 2020. Mereka hendak membahas upaya untuk
menghentikan pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan tentang konflik wilayah
tersebut.(Republika,2020) Menurut Le Drian, Menteri Luar Negeri Perancis perwakilan
Rusia, Prancis, dan AS juga akan bertemu di Moskow pada Senin pekan depan setelah
pertemuan ini. Kesempatan itu akan digunakan untuk mencari cara membujuk pihak yang
bertikai agar merundingkan gencatan senjata. Menteri Luar Negeri Armenia Zohrab
Mnatsakanyan dilaporkan bakal menghadiri pertemuan tersebut.(Republika,2020)
Sejauh ini kedua negara yang terlibat konflik tersebut terus mengabaikan seruan
gencatan senjata yang disuarakan ketua bersama OSCE Minsk Group. Sejak pertempuran di
Nagorno-Karabakh kembali mencuat, lebih dari 360 orang telah dilaporkan tewas. Mereka
termasuk 320 personel militer, 19 warga sipil di Nagorno-Karabakh, dan 28 warga sipil
Azerbaijan. Pertempuran itu menjadi yang paling mematikan sejak perang 1991-1994 yang
menewaskan 30 ribu orang.(Republika,2020) Gencatan senjata sebenarnya telah berhasil
disepakati pada 1994. Namun hingga kini kedua negara tersebut belum bersedia terikat
dalam perjanjian perdamaian. Hal ini yang membuat OSCE Minsk Group diduga gagal dalam
menjalankan misi untuk menyelesaikan konflik tersebut.
OSCE Minsk Group disini berperan sebagai mediator dalam penyelesaian konflik,
namun pihak mereka tidak dapat memaksakan penyelesaian konflik dari kedua negara
tersebut, pihak OSCE hanya bisa memfasilitasi mediasi dan menekankan bahwa
penyelesaian konflik sepenuhnya berada di tangan kedua negara tersebut. Nah disinilah
peran OSCE Minsk Group tidak cukup signifikan dan berhasil karena pihak dari OSCE Minsk
Group dianggap masih kurang mampu memahami konflik yang terjadi. Sehingga proses
mediasi yang dilakukan oleh OSCE Minsk Group tidak cukup penting dan berpengaruh
dikarenakan pihak mereka tidak betul betul memahami konflik yang terjadi serta aktor-aktor
yang terlibat didalam konflik tersebut.
Untuk dapat memberikan dampak yang signifikan untuk menyelesaikan konflik
kedua negara yang kembali mencuat tersebut, pihak OSCE Minsk Group harus lebih
memahami apa yang menyebabkan konflik terjadi dan memahami aktor-aktor yang terlibat.
Sehingga setelah memahami hal tersebut pihak OSCE Minsk Group dapat meningkatkan
kepercayaan antara kedua negara yang berkonflik serta dapat memberikan kontribusi
positif terhadap hubungan keduanya dan proses pencapaian perdamaian. Kedua Negara
tersebut juga kurang memiliki tekad yang kuat untuk mencapai mutual understanding
dalam menyepakati prinsip dasar dan pencapaian damai. Jika pihak OSCE Minsk Group
melakukan langkah langkah tersebut dalam proses penyelesaian konflik maka kegagalan
mediasi yang terjadi dulu kemungkinan tidak terulang kembali.
Comments