Oleh Oneymara
Food and Agriculture Organization (FAO) adalah organisasi multinasional dibawah naungan PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berpusat pada bidang pangan dan pertanian untuk mengatasi kelaparan secara global. Tujuannya yaitu memastikan bahwa orang-orang mendapat akses regular untuk mendapatkan makanan dengan kualitas terbaik demi menuju kehidupan yang sejahtera. Peran FAO dapat dikatakan berkaitan dengan keadaan awal teridentifikasinya virus COVID-19 pada akhir tahun 2019. Virus ini mengharuskan kita mengurangi kontak sosial dan World Health Organization (WHO) pun menyarankan para warga dunia untuk tetap diam di rumah masing-masing, hal ini bertujuan untuk memutus rantai penyebaran virus corona ini.
Meskipun begitu, Dikarenakan terbatasnya waktu untuk pergi keluar rumah, sebagian orang berpikir bahwa kita harus menyediakan stok makan sebanyak mungkin. Walhasil, banyak orang yang berbondong-bondong memborong persediaan makan di swalayan atau toko tertentu hingga habis, hal ini disebut panic buying. Mereka membeli makanan atau persediaan selama lockdown yang bahkan belum tentu mereka gunakan seperti membeli masker medis lebih dari satu paks, mereka dapat disebut “penimbun” bahkan sampai ahli medis kekurangan stok masker medis dikarenakan adanya panic buying ini.
Dikarenakan adanya panic buying ini, banyak pula orang-orang yang tidak mendapat persediaan makanan karena telah di borong oleh para penimbun. Pengalaman dari wabah-wabah pandemi global sebelumnya seperti Ebola, SARS dan Avian Influenza menunjukkan bahwa sektor kesehatan adalah sektor yang paling terdampak dan membutuhkan perhatian lebih. Akan tetapi peran sektor pertanian juga tidak dapat diabaikan mengingat perannya dalam menjaga ketahanan pangan, sebagai penyangga bagi sektor lain, dan kemampuannya menghindari bencana yang lebih parah lagi, yaitu krisis pangan.
FAO sebagai lembaga pangan dunia berkewajiban untuk mengamankan dan mengantisipasi dampak pandemi global ini melalui 2 aspek: (a) penguatan ketahanan pangan dan (b) mengatasi krisis kemanusiaan. Pendekatan kegiatan yang dilakukan adalah memperkuat kegiatan sosial kemanusiaan yang sedang berjalan, mengamankan mata pencaharian petani agar tetap bisa berproduksi, serta melindungi rantai distribusi bahan pangan. Pendekatan yang dilakukan FAO untuk mengantisipasi bencana kemanusiaan akibat Covid-19 didasarkan pada analisis potensi dampak dan implikasi pandemi bagi ketahanan pangan. Fokus perhatian yang akan dianalisis meliputi: masalah penumpukan stok bahan pangan, masalah rantai pasok bahan pangan, masalah kenaikan harga pangan, masalah migrasi, dan peningkatan eskalasi konflik sosial.
Sehubungan dengan kondisi darurat Covid-19 tersebut, FAO menggelontorkan dana sebesar USD 110 juta untuk program keamanan pangan global, khususnya terhadap penduduk miskin di pedesaan yang paling rentan terdampak dalam konteks krisis pangan. Usulan dana tersebut masuk dalam Rencana Tanggap Kemanusiaan Global Covid-19 di bawah koordinasi PBB dan dapat diakses oleh semua negara terdampak Covid-19.
FAO akan fokus mendukung negara-negara terdampak Covid-19 dalam mengatasi dampak pandemi pada sistem pangan dan pertaniannya melalui peningkatan intervensi untuk memenuhi kebutuhan pangan; meningkatkan program perlindungan sosial, termasuk menjaga mata pencaharian petani; menjaga rantai pasokan pangan domestik tetap bergerak; dan mendukung petani kecil untuk meningkatkan produksi pangan.
Strategi FAO dalam mengatasi dampak kemanusiaan pandemi Covid-19 adalah dengan terlebih dahulu memahami dan mengidentifikasi dampak pandemi dan memastikan kesinambungan mata pencaharian petani. Output dari program yang akan dilakukan adalah: (a) tercapainya stabilisasi pendapatan dan aksesibilitas bahan pangan, (b) memastikan keberlanjutan pasokan pangan, dan (c) memastikan para pelaku distribusi pangan tidak tertular Covid-19. Program ini akan terfokus pada sasaran kelompok-kelompok rentan secara inklusif, seperti petani subsisten, buruh tani, pedagang kecil/perantara, nelayan tradisional, serta kelompok marjinal/penduduk asli minoritas lainnya.
Komponen program penanggulangan krisis kemanusiaan terdampak Covid-19 ini terdiri dari beberapa tugas, yakni: (1) penyusunan data global dan analisis fasilitas pendukung (USD10 juta). Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah mengidentifikasi negara dan penduduk rentan terdampak, mengidentifikasi indikator dan sumber data terkait rantai distribusi, berbagi informasi dan analisis mendasar (platform), analisis dampak terhadap petani, dan aspek monitoring; (2) memastikan ketersediaan dan akses pangan untuk kelompok rawan pangan (USD 60 juta, April-Desember 2020); (3) memastikan keberlanjutan distribusi pasokan pangan ke kelompok rentan (USD 30 juta); dan (4) memastikan pelaku distribusi pangan aman dari resiko tertularnya Covid-19 (USD 10 juta).
Implementasi program FAO tersebut akan dilakukan melalui kerjasama dan kemitraan dengan lembaga-lembaga lokal baik lembaga pemerintah, kelompok masyarakat tertentu, maupun organisasi masyarakat setempat lainnya. Organisasi lokal mempunyai kedekatan wilayah dan lebih memahami kondisi di lapangan, sehingga akan menjadi garis terdepan dalam identifikasi, penyampaian informasi, dan pendampingan. Beberapa lembaga lokal yang selama ini terlibat dalam kegiatan FAO diantaranya adalah penyuluh, pemerintah daerah, kelompok tani, lembaga keuangan desa, dan LSM.
Program penanggulangan krisis kemanusiaan akibat Covid-19 yang digulirkan FAO ini sangat berguna dalam jangka pendek untuk membantu petani sebagai pelaku produksi bahan pangan yang terdampak Covid-19. Dalam jangka panjang, program ini diperkirakan dapat memberikan pelajaran dalam memitigasi kemungkinan terjadinya krisis pangan.
Referensi:
Comentários