top of page
Writer's picturevisualpublikasi202

Peran ASEAN dalam Penanggulangan Bencana di Asia Tenggara Melalui Lembaga AHA Centre


Oleh: Geralda Manuela Horta


Asia Tenggara ialah daerah yang paling rentan terhadap mala alam serta berpotensi terkena hampir semua jenis bencana alam. Hal tersebut disebabkan karena secara geografis Asia Tenggara terbentang diantara beberapa lapisan tektonik yang paling tak jarang menyebabkan gempa bumi, tsunami, serta erupsi gunung berapi. Kawasan ini pula terletak diantara dua samudera, yaitu lautan Hindia dan Pasifik yang bisa menyebabkan munculnya angin topan. Laju urbanisasi yang cepat serta perubahan lingkungan yang drastis menaikkan kerentanan serta paparan bencana alam kepada populasi yang tinggi di seluruh kawasan, yang juga, di satu sisi adalah alasan mengapa mala alam tak jarang terjadi di Asia Tenggara. Sebab permasalahan tadi, Kerjasama regional pada kawasan Asia Tenggara oleh ASEAN, perlu ditingkatkan untuk menangani peningkatan frekuensi asal bencana alam yang terjadi di ASEAN. oleh sebab itu, pada 2011 ASEAN mendirikan badan mitigasi bencana yg disebut menggunakan AHA Centre (ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on disaster management) untuk membantu negara-negara anggota yang mengalami dan terkena dampak bencana alam.

Donasi yang diberikan AHA Centre itu sendiri dapat berupa isu, asesmen dan analisis. Bantuan yang AHA Centre berikan contohnya seperti donasi berita dalam bentuk monitoring. Dari segi potensi AHA Centre memberikan assesment di dampaknya, kemudian memberikan analisis pada negara yang mungkin terkena akibat bencana. Karena itulah kemudian AHA Centre akan bertanya pada mitra kerja, hal apa saja yang bisa dibantu buat negara-negara berpotensi.

AHA Centre juga ikut mengirimkan Emergency Response and Assesment Team (ERAT) yang merupakan tim koordinasi cepat. Tim ini nantinya akan membantu mengatasi bencana dan juga ikut memberikan kajian analisa, asesmen juga koordinasi. Selain itu, AHA Centre bersama ASEAN juga menggalang donasi guna memastikan berlangsungnya program yang progresif dan berkelanjutan. Hal ini sebagai wujud konkret dari One ASEAN One Response yang adalah motto AHA Centre itu sendiri.

Selama delapan tahun, mulai tahun 2011 sampai 2020 badan ini sudah melaksanakan 19 misi darurat serta 21 kali memobilisasi tim penilai ke tujuh negara. Namun, pada prakteknya didalam negeri Indonesia sendiri, badan ini baru tiga kali turut membantu yaitu di gempa serta tsunami Mentawai di 2010, gempa Aceh di tahun yang sama, dan banjir Jakarta di 2013. Hal ini mengakibatkan sejumlah kritik yaitu wajib adanya inisiatif pendekatan dan ekspansi jaringan dari AHA Center kepada masyarakat tidak hanya melalui mekanisme asal pemerintah ke pemerintah (G2G). Hal ini dikarenakan hampir seluruh negara pada penanganan bencananya

tidak mau diintervensi.

Terbukti dengan adanya badan mitigasi bencana yaitu AHA Centre yang didirikan oleh ASEAN ini sangat membantu setiap negara yang mengalami masalah dalam hal bencana alam. Tetapi jika ditinjau lebih lanjut, ada beberapa bencana alam yang tidak sempat mendapat bantuan dari AHA Centre seperti meletusnya Gunung Agung, Gunung Sinabung, dan siklon di pantai selatan Jawa. Hal ini diakibatkan karena ada beberapa negara yang tidak melaporkan permasalahan mereka langsung ke AHA Centre serta adapula negara yang tidak mau membuka diri untuk masuknya organisasi lain. Dalam kasus ini memang perlu adanya inisiatif dari AHA Centre sendiri serta bisa mengefektifkan diri untuk membantu setiap permasalahan yang ada. Dan juga dibutuhkan Kerjasama dari setiap negara-negara di Asia Tenggara. Agar setiap bantuan dan pendekatannya kepada rakyat maka bantuan asal AHA Centre ini bisa menembus birokrasi.

17 views0 comments

Comments


bottom of page