Oleh : Nareswara Damar Panuluh
Kekeringan merupakan masalah yang cukup serius bagi umat manusia. Mengingat, air adalah sumber kehidupan bagi ekosistem lingkungan. Kekeringan sekilas tampak terlihat seperti hal sederhana. Namun, dalam jangka waktu lama, dampaknya akan sangat besar bagi kehidupan manusia karena air merupakan salah satu kebutuhan pokok. Masalah air merupakan masalah yang cukup krusial bagi penduduk Afrika, khususnya bagian Afrika Timur yang nyaris tertimpa setiap tahunnya. Curah hujan yang rendah dan sumber mata air yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah permintaan air masyarakat di negara-negara Afrika Timur, seperti Somalia, Ethiopia, Djibouti, Eritrea, dan negara lain yang terletak di wilayah Horn of African. Akibatnya, pada bidang agrikultur seperti pertanian dan peternakan, negara yang ada di tanduk Afrika akan terganggu, sehingga menyebabkan kelaparan massal.
Menurut data dari World Food Program (WFP) terdapar sekitar 13 juta orang di wilayah tanduk Afrika mengalami kelaparan parah selama musim panas 2022. Kelaparan tersebut tidak lain disebabkan dari gagalnya pertanian dan peternakan. Direktur Regional di Biro Regional WFP untuk Afrika Timur Michael Dunford mengatakan “Panen rusak, ternak mati, dan kelaparan meningkat karena kekeringan berulang mempengaruhi Tanduk Afrika”.
Kekalutan di tanduk Afrika tak hanya disebabkan oleh faktor alam. Ketidakpastian global yang datang silih berganti, juga memainkan peran yang cukup signifikan. Pandemi yang mulai mereda, pun agaknya belum bisa menenangkan tak kurang daeri 281 juta penduduk Afrika Timur. Sebab, adanya invasi Russia terhadap Ukraina, berpengaruh terhadap perekonomian dunia yang berakibat pada terjadinya kenaikan harga kebutuhan pokok dan terganggunya transaksi ekspor dan impor dunia.
Dalam hal ini, Food Agriculture Organization (FAO) sesuai dengan tujuan dibentuknya, yakni mengatasi berbagai permasalahan pada bidang pangan dan pertanian, yang dapat mengganggu stabilitas pangan global, telah memberikan respon dengan memberikan bantuan dana untuk 1,5 juta orang yang terdampak kekeringan sebagai upaya mengatasi kelaparan massal ini. Selain itu, FAO telah menyusun beberapa aksi yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah kekeringan ini dengan beberapa cara. FAO merencanakan akan memberikan bantuan kepada para penggembala di negara yang terdampak kekeringan berupa penyediaan pakan ternak dan suplemen nutrisi dan memberikan klinik untuk menjaga ternak supaya tetap sehat dan tidak mati. FAO juga memberikan bantuan berupa 10.000 liter air yang diletakkan pada penampung air yang dapat dilipat, yang nantinya, akan didirikan didaerah terpencil guna meningkatkan kapasitas sumur yang berfungsi dalam pemanfaatan tenaga surya. Untuk keluarga yang bergantung pada sektor pertanian, FAO memberikan benih-benih tumbuhan yang tahan pada kekeringan. FAO juga menawarkan untuk memungkinkan orang untuk tinggal di rumah dan menjadi produktif dengan memperhatikan mata pencaharian mereka. Intervensi FAO dalam hal ini meningkatkan ketahanan pangan dan meletakkan dasar bagi stabilitas jangka
panjang.
FAO memproyeksikan apabila bantuan kemanusiaan tidak segera diberikan maka kelaparan massal ini berpotensi meluas ke seluruh negara yang berada di Afrika Timur dan memperburuk stabilitas pangan disana. Direktur Darurat dan Ketahanan FAO, Rein Paulsen, menyatakan bahwa, mendukung (sektor) pertanian pada saat-saat seperti ini sangat berdampak. Ketika FAO reaktif dalam menyalurkan dan mendapatkan air, benih, pakan ternak, perawatan hewan, serta uang tunai yang sangat dibutuhkan untuk keluarga pedesaan yang berisiko, maka bencana kelaparan dapat dihindari. Koordinator Subregional FAO untuk Afrika Timur (SFE) dan Perwakilan untuk Uni Afrika dan Komisi Ekonomi PBB untuk Afrika, Chimimba David Phiri, mengungkapkan bahwa FAO telah mengetahui akan kerentanan kelaparan massal di wilayah tanduk afrika. Dalam hal ini FAO mengupayakan yang terbaik untuk kepentingan kemanusiaan demi mencegah banyaknyakorban jiwa akibat kelaparan seperti yang telah terjadi dalam beberapa tahun lalu sekitar tahun 2010 dan 2012. Saat ini FAO telah menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan adalah yang terbaik untuk membangun ketahanan terhadap kekeringan dan mitigasi bencana kelaparan massal.
Comentários