Oleh: Louis Onesangkin
Krisis kemanusiaan merupakan kondisi dimana hak-hak dasar manusia tidak terpenuhi dengan baik, sehingga berpotensi menimbulkan ketidakamanan. Penyebab krisis kemanusiaan seringkali disebabkan oleh konflik, perang, ataupun bencana alam. Anak-anak menjadi kelompok paling rawan dan memiliki resiko yang cukup tinggi dalam krisis kemanusiaan. Dua dari enam anak di dunia tinggal di negara yang dilanda oleh konflik atau bencana. Hampir 51 juta anak telah kehilangan hak mereka untuk hidup karena direnggut oleh kekerasan, kemiskinan, dan bencana alam.
Salah satu negara di dunia yang mengalami krisis kemanusiaan adalah Madagaskar. Madagaskar dicirikan dengan kondisi iklim yang keras dan memiliki kerentanan yang tinggi terhadap berbagai bencana alam, seperti badai berulang, topan, dan kekeringan kronis. Madagaskar juga dikenal sebagai salah satu negara termiskin di dunia, dengan 75% populasinya diperkirakan masih hidup di bawah garis kemiskinan internasional. Dalam dua dekade terakhir, Madagaskar telah dilanda 35 topan, delapan banjir dan lima kekeringan parah, yang mempengaruhi total lebih dari 11 juta orang, termasuk lebih dari 5 juta anak-anak.
Bencana alam telah menyebabkan berbagai kerugian, mengganggu kualitas hidup, menimbulkan ketidakamanan dan mempengaruhi kesejahteraan penduduk Madagaskar dalam skala besar. Hal ini menimbulkan krisis kemanusiaan dengan dampak negatif pada kelangsungan hidup dan perlindungan. Krisis yang terus menerus terjadi akan sangat berpengaruh pada kondisi perkembangan anak-anak. Banyak diantara mereka yang telah kehilangan hak-haknya, tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, tidak dapat mengakses pendidikan, serta terjebak dalam kelaparan akut. Fakta-fakta ini mengungkap kenyataan yang mengkhawatirkan bahwa dampak krisis kemanusiaan yang menimpa anak-anak telah mencapai taraf yang tergolong serius.
Krisis yang terjadi di Madagaskar telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan dan membutuhkan keterlibatan serta perhatian dari banyak pihak. Oleh karena itu UNICEF memberikan perhatiannya dan bergerak membantu anak-anak di Madagaskar melalui perannya sebagai organisasi internasional yang menangani permasalahan anak-anak di dunia. United Nations Children’s Fund (UNICEF) merupakan salah satu organisasi dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). UNICEF didirikan berdasarkan resolusi 57 (I) dari Sidang Umum PBB pada 11 Desember 1946 dengan nama United Nations International Children’s Emergency Fund.
Madagaskar menjadi salah satu negara tempat UNICEF bekerja. UNICEF mulai bekerja di Madagaskar sejak tahun 1984 untuk mencukupi kebutuhan dan terlibat aktif dalam upaya perlindungan anak-anak dan perempuan. UNICEF berkomitmen untuk membantu anak-anak bertahan hidup dan berkembang dari masa kanak-kanak hingga remaja. Dalam menjalankan tugasnya, UNICEF di Madagaskar bekerja sama dengan sektor publik dan swasta. Melalui Humanitarian Action for Children, UNICEF memastikan bahwa setiap anak Madagaskar dapat hidup dengan aman dan pulih dari bencana alam. Selain itu, UNICEF juga bekerja sama dengan Pemerintah dan mitra dalam memberikan respon darurat multisektor yang berfokus pada kesetaraan dan berbasis anak. Dalam aksi kemanusiaan ini, UNICEF memiliki beberapa target dalam bidang nutrisi, kesehatan, WASH (water, sanitation, hygiene), pendidikan, dan perlindungan anak.
UNICEF bekerja untuk mendukung semua masyarakat yang terkena dampak untuk pulih. UNICEF memprioritaskan dukungan berkelanjutan kepada Pemerintah untuk menegakkan kembali ketahanan masyarakat dalam menghadapi berbagai bencana di daerah-daerah rentan. Strategi dari UNICEF pada bidang kesehatan yaitu memfokuskan dan memastikan bahwa akses untuk layanan Kesehatan tidak putus, penyediaan peralatan medis, dan perlengkapan darurat lainnya. Pun dalam praktiknya, UNICEF juga menyiapkan pelatihan dan pembekalan untuk petugas kesehatan dan masyarakat, penyediaan klinik keliling dan pusat kesehatan sementara, serta melakukan kampanye tentang vaksinasi campak. Strategi nutrisi UNICEF berfokus pada pencegahan dan penanganan malnutrisi akut, akses berkelanjutan ke pengobatan, penguatan sistem dan dukungan pengawasan nutrisi di tingkat fasilitas dan masyarakat seperti pemeriksaan gizi, serta memberikan akses untuk pengobatan agar mendapatkan nutrisi yang cukup. UNICEF mendanai pembangunan 19 sumur bor baru yang diharapkan dapat membantu masalah air bersih di Madagaskar. UNICEF juga berinvestasi pada bagian pendidikan dalam program mengejar ketertinggalan dan lebih memfokuskan agar lebih banyak anak-anak yang dapat bersekolah, dengan cara membangun kelas-kelas dan tenda tempat belajar sementara, yang dapat digunakan sebagai ruangan belajar anak-anak.
Berdasarkan apa yang disampaikan pada data diatas, saya tentu setuju dengan program yang dilakukan oleh UNICEF untuk anak-anak di Madagaskar. Program-program yang dibuat dan dijalankan oleh UNICEF telah membantu banyak anak-anak yang telah kehilangan harapan untuk hidup dengan aman karena terkendala oleh bencana-bencana alam. UNICEF di Madagaskar cukup memberikan peran yang besar dalam membantu memenuhi hak-hak anak dan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan dan perkembangan mereka.
Comments