top of page
Writer's pictureadmin

PERANAN PETA (People for the Ethical Treatment of Animals) DALAM ISU PENYIKSAAN HEWAN

Oleh Rafni Syahrani - Staf Divisi Pendidikan





Beberapa saat yang lalu media Indonesia kembali dihiasi dengan berita dengan headline “Kucing dan anjing jalanan yang disiksa: 'Apa salah kami sehingga dijahati?”. Jadi pada berita tersebut seekor kucing liar yang tengah hamil ditemukan dengan dua kuping berdarah karena dipotong, luka bakar disiram air panas di bagian perut dan empat puting susu yang dipotong. Selain itu, seekor anak anjing kehilangan dua kaki depannya diduga karena ulah manusia. Sebuah kasus yang mengangkat kembali berbagai perilaku kekerasan terhadap satwa yang semakin marak beberapa tahun terakhir dan juga beberapa saat lalu sempat viral, video yang berisi sekelompok pemuda yang terlihat menyeret kucing menggunakan sepeda motor.


Menurut data dari Cat Lovers World Organization, setidaknya dalam satu minggu terdapat 10 ekor kucing yang diselamatkan oleh mereka atas penyiksaan yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Karena kucing seringkali dianggap sebagai hewan yang familiar, hewan yang banyak dijumpai disekitar kita, itulah kenapa manusia sering menyepelekannya. Salah satu argumen yang menguatkan kenapa penyiksaan terhadap kucing kerap terjadi adalah karena jumlahnya yang banyak, maka ia kerap dianggap sebagai hama pengganggu. Bila dipikir lebih lanjut argumen tersebut tidak valid, karena pada kenyataannya, kucing adalah satwa dengan populasi yang masih tergolong banyak. Namun, tidak menutup kemungkinan kalau hal ini terus berlanjut, 50 atau 80 tahun kemudian tidak menutup kemungkinan kalau kucing bisa saja menjadi salah satu hewan terancam punah dengan populasi yang terus menurun.


Pertanyaan menarik disini, kenapa isu tentang lingkungan selalu menjadi prioritas kesekian untuk dibicarakan?. Dalam studi hubungan internasional fokus utamanya dimulai dengan politik pada posisi pertama, diikuti dengan ekonomi pada posisi selanjutnya, social budaya, dan setelahnya isu tentang lingkungan. Karena sadar atau tidak, misal hilangnya satu spesies dari muka bumi berarti berkurangnya lagi satu kekayaan alam kita. Kepunahan satu spesies dalam suatu ekosistem berdampak pada peningkatan atau penurunan jumlah populasi spesies lain. Dan apabila ini terus berlanjut hingga semua spesies musnah dan ekosistem menjadi rusak dan tidak akan bisa kembali lagi. Kenapa hal ini menjadi sangat menarik, karena dengan ancaman sebesar itu pun, isu tentang lingkungan tetap tidak menjadi hal yang harus mendapat perhatian besar.


Salah satu organisasi internasional yang bereaksi atas kejadian-kejadian yang melibatkan penyiksaan hewan adalah PETA. PETA (People for the Ethical Treatment of Animals) adalah organisasi hak asasi binatang yang berpusat di Amerika Serikat dengan slogan mereka, “animals are not ours to eat, wear, experiment on, or use for entartainment”. Contoh aksi yang telah dilakukan PETA akan komitmen mereka untuk melindungi hewan adalah, PETA menutup paksa operasi rumah jagal di Texas dimana 30.000 kuda diiangkut dan dibiarkan mati kelaparan dalam keadaan membeku tanpa tempat tinggal. Selain itu PETA juga mengungkap sekaligus menutup Angkatan Darat AS yang berancana untuk menembak anjing di lapangan tembak, memimpin militer untuk melarang penggunaan anjing, kucing dan kera sebagai “kelinci percobaan”dalam pelatihan militer. (www.peta.org)


Yang ingin penulis tekankan disini adalah, memang PETA merupakan sebuah organisasi besar yang memiliki jutaan pendukung dibalakangnya dalam rangka mentackling isu tentang penyiksaan hewan. Namun, jumlah jutaan pendukung itu akan kalah telak apabila ternyata mungkin di luar sana ada puluhan atau bahkan ratusan juta yang tidak begitu peduli akan isu ini. Maka dari itu, sebelum semuanya terlambat marilah kita mulai peduli dan mencintai satwa-satwa yang menjadi tanggung jawab kita sekarang.




276 views0 comments

Comments


bottom of page