top of page
Writer's pictureadmin

POLEMIK PANDEMI, UNI EROPA LAMBAN MENANGANI COVID-19

Oleh : Jesica Nikita Rachel Br. Ginting


Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) atau virus corona merupakan virus yang menyerang saluran pernapasan dan mengakibatkan penderitanya mengalami sesak nafas, pneumonia berat, dan bahkan kematian. Virus ini bermula di Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir tahun 2019. Belum ada kepastian terkait pasien zero case dan bahkan pemerintah China belum memberikan pernyataan sampai saat ini, terlebih lagi WHO tidak melakukan penelusuran untuk melacak virus ini. Organisasi Kesehatan Dunia tersebut hanya berpatokan dengan data yang diberikan sejumlah negara. Hal ini mengakibatkan virus ini terus menyebar dengan cepat di 213 negara. Sampai saat ini, virus ini telah menginfeksi lebih dari 2,3 juta orang di dunia dan telah mengakibatkan lebih dari 160 ribu orang meninggal dunia.


Terhitung sepekan terakhir, negara-negara anggota Uni Eropa menjadi negara yang menduduki kasus corona tertinggi di dunia. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diperbarui pada tanggal 21 April 2020, kawasan Eropa memiliki jumlah kasus corona tertinggi di dunia dengan jumlah 1.149.071 kasus. (WHO, 2020) Negara-negara anggota Uni Eropa bahkan masuk dalam daftar sepuluh negara teratas kasus corona tertinggi, diantaranya adalah Spanyol dengan total kasus 195.944; Italia 178.972 kasus; 141.672 kasus; Perancis 111.463 kasus; dan Belgia 38.496 kasus. Melihat proyeksi tersebut, persentase kasus corona di Eropa merupakan lima puluh persen (50%) dari keseluruhan kasus di dunia.


Gambar 1.1 : Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte

Selain proyeksi angka kasus yang tinggi di Eropa, pada krisis ini terjadi perselisihan di antara negara-negara Uni Eropa. Hal ini dikarenakan masing-masing negara sudah pasti lebih mengutamakan kepentingan sehingga menimbulkan kompetisi dibandingkan kerja sama. Pada saat kasus COVID-19 meningkat tajam di Italia, negara tersebut meminta bantuan perlengkapan kesehatan kepada negara-negara tetangganya, namun Jerman dan Perancis menolak permintaan Italia dengan melarang ekspor produk-produk alat kesehatannya. Selain itu, terjadi pro kontra terhadap proposal untuk mengumpulkan uang demi membantu negara-negara Uni Eropa yang paling terdampak pandemi virus corona ini. Spanyol, Perancis, Belgia, Yunani, Irlandia, Portugal, Slovenia, dan Luxemburg mendukung rencana tersebut. Sementara Belanda, Austria, dan Finlandia menolak secara terbuka rencana tersebut. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa solidaritas di Eropa mulai kacau dan akan menimbulkan perpecahan yang lebih meluas sesama negara anggota Uni Eropa.


Lantas yang menjadi pertanyaan, bagaimana komitmen dan langkah progresif dari Uni Eropa menanggapi pandemi COVID 19?. Sejak pertengahan Februari, Perancis menjadi negara pertama yang mengonfirmasi kasus virus corona di Eropa. Kemudian, disusul negara Italia dan negara-negara anggota lainnya. Hal ini mengakibatkan angka kasus di Eropa terus meningkat. Namun, Uni Eropa tidak mengambil langkah preventif untuk mencegah penyebaran COVID-19 dengan melakukan pembatasan perjalanan dari China menuju Eropa. Hal ini dilihat dari kebanyakan kasus pertama di Eropa merupakan pelancong yang melakukan perjalanan dari China. Uni Eropa baru menerapkan pembatasan perjalanan di wilayah Uni Eropa dan kawasan Schengen pada 16 Maret 2020. Seharusnya Uni Eropa bisa lebih dulu menerapkan kebijakan tersebut pasca kasus pertama di Perancis. Dengan begitu maka akan mencegah pergeseran episentrum COVID-19 dari China ke Eropa. Mekanisme pembatasan perjalanan yang diberlakukan Uni Eropa adalah negara-negara angota Uni Eropa dan kawasan Schengen membatasi perjalanan yang tidak penting sementara selama 30 hari. Semua negara anggota UE (kecuali Irlandia) dan kawasan Schengen (Islandia, Liechtenstein, Norwegia, dan Swiss) telah melakukan perpanjangan pembatasan sementara hingga 15 Mei. Hal ini dikarenakan pandemi virus ini masih terus bertambah di Eropa walau tidak sesignifikan bulan lalu. Kebijakan ini dikecualikan bagi mereka yang merupakan penduduk jangka panjang Uni Eropa, diplomat, pelintas batas negara, dan pekerja penting seperti dokter, perawat, dan peneliti. (ec.europa.eu)


Selain itu, terjadi polemik antara sesama negara anggota Uni Eropa. Beberapa negara anggota Uni Eropa melakukan serang argumentasi dan tindakan defensif terhadap negara lain. Sebagai kasus, negara Italia merupakan negara Eropa pertama yang tingkat peningkatan kasusnya sangat tinggi. Italia kewalahan dan kekurangan alat medis seperti masker dan alat perlindungan diri (APD) yang dibutuhkan oleh tenaga medis untuk melakukan penanganan COVID-19. Italia mengambil tindakan untuk meminta bantuan kepada negara tetangga. Namun, Jerman dan Perancis menolak permintaan tersebut dan melarang ekspor. Penolakan tersebut mengakibatkan ketegangan antara negara anggota. Setelah itu, Uni Eropa merespon tindakan tersebut dengan membuat proposal untuk membantu negara-negara yang paling terdampak pandemi seperti Italia dan Spanyol. Sembilan dari 19 negara anggota Uni Eropa, termasuk Italia dan Spanyol, mengusulkan untuk menerbitkan surat utang bertajuk corona. Dana tersebut akan dialokasikan untuk menangani dampak virus corona jangka panjang. Namun, pemerintah Jerman, Austria, dan Belanda menentang tindakan tersebut. Dikarenakan akan menambah beban wajib pajak (WP) di negara-negara besar. Berdasarkan penolakan tersebut maka proposal tersebut dibatalkan dan Uni Eropa tidak membantu Italia dan Spanyol. (cnnindonesia.com)


Gambar 1.2 : Seorang wisatawan yang memakai masker di area wisata Coloseum, Italia

Meninjau aspek-aspek tersebut maka penulis melihat bahwa penanganan lamban dan ketidaktegasan dari Uni Eropa mengakibatkan proyeksi angka kasus terus meningkat. Seharusnya Uni Eropa dapat lebih serius dan tanggap dalam menangani kasus ini, karena kasus ini bukanlah kasus yang dapat diselesaikan dengan cepat.


Referensi :


Situs Resmi WHO, https://covid19.who.int/ diakses pada 21 April 2020


European Commission. “Travel and Transportation” Diakses melalui https://ec.europa.eu/info/live-work-travel-eu/health/coronavirus-response/travel-and-transportation_en pada 21 April 2020


CNN Indonesia. “UE Batal Bantu Italia dan Spanyol Tanggulangi Virus Corona”. Diakses melalui https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200331083853-532-488521/ue-batal-bantu-italia-dan-spanyol-tanggulangi-virus-corona pada 21 April 2020

37 views0 comments

Comments


bottom of page