Oleh : Azarya Indrawan
Tanpa terasa pandemi virus COVID-19 ini sudah berlangsung selama hampir 1 tahun. Sepanjang tahun 2020 aktivitas masyarakat sangat dibatasi oleh virus ini dikarenakan penularan virus yang terjadi dengan sangat cepat dan mudah. Sehingga, salah satu cara yang dapat dlakukan untuk memperlambat penyebarannya adalah dengan membatasi kontak fisik. Meskipun begitu, masih banyak kasus penularan yang terjasi, bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia. Hal ini tentu merupakan hal yang sangat menyedihkan dan membuat masyarakat sadar bahwa diperlukannya segera vaksin atau antibodi untuk melawan virus COVID-19 yang makin lama makin merajalela.
Gambar 1.1 : Ilustrasi Vaksinasi (sumber : CNN Indonesia)
Belakangan, diketahui ada kabar baik bagi dunia dalam hal penemuan vaksin virus corona ini. Para ahli yang sepanjang tahun ini bekerja keras untuk mencari vaksin dari virus ini akhirnya menemukan secercah titik terang. Hal ini terhitung cukup cepat jika dibandingkan dengan proses ditemukannya vaksin virus lain, contohnya adalah virus ebola. Peneliti dan ilmuwan baru menemukan vaksin ebola dan mendapat izin produksi massal setelah mereka melakukan penelitian selama 16 tahun. Tentu saja, jika dibandingkan dengan penemuan vaksin ebola, penemuan vaksin COVID-19 ini tentu jauh lebih cepat. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah vaksin tersebut sudah memenuhi standar? Apa kandungan dan terbuat dari apa vaksin itu? Bagaimana cara kerjanya? Dan apakah ada efek sampingnya?
Salah satu perusahaan di Amerika Serikat bernama Moderna Therapeutic mengklaim telah menemukan vaksin untuk melawan COVID-19. Vaksin yang telah ditemukan ini dinamakan mRNA-1273. cara kerja vaksin ini adalah “melatih” sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus corona dan mencegah munculnya penyakit. Pendekatan konvensional biasanya berfokus pada penggunaan virus yang telah dilemahkan dan dibuat nonaktif, atau virus yang telah difragmentasi. Namun, vaksin mRNA-1273 buatan Moderna, yang uji cobanya didanai oleh United States National Institutes of Health (NIH), tidak dibuat dari virus penyebab Covid-19, melainkan berdasarkan kode RNA atau asam nukleat ribosa. Uji coba dilakukan dengan menyuntikkan segmen kecil kode genetis virus, yang dibuat oleh para ilmuwan di laboratorium, dengan tujuan menghasilkan respons sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.
Meskipun terdengar menjanjikan, namun ada beberapa kendala dalam proses penyebarluasan vaksin ini. Vaksin ini tercipta dari teknologi-teknologi yang belum pernah berhasil memproduksi obat atau terapi yang diizinkan untuk digunakan pada manusia, seperti dijelaskan dr. Felipe Tapia dari Institut Max Planck, Jerman, kepada BBC Mundo. "Ada harapan yang tinggi dalam pengembangan vaksin-vaksin ini. Namun kita harus lebih hati-hati karena itu semua adalah vaksin yang belum ada sejarahnya," kata Dr. Tapia. “Bahkan para ilmuwan di Moderna sendiri mengatakan tantangan terbesar bagi mereka adalah memproduksi dan memasarkannya karena kini mereka tak punya lisensi untuk vaksin tipe mRNA," imbuhnya.
Gambar 1.2 : Ilustrasi Petugas Kesehatan
Kemudian juga ada permasalahan dalam hal waktu bertahan antibodi. sejumlah penelitian menemukan indikasi bahwa antibodi virus corona menghilang setelah beberapa minggu atau bulan. Meskipun sistem kekebalan manusia memiliki lebih dari satu garis pertahanan, temuan itu menunjukkan bahwa kekebalan terhadap virus, baik yang dihasilkan secara alami karena pernah terinfeksi atau sebagai hasil dari vaksin, mungkin juga bersifat sementara. Karena kemanjuran vaksin bergantung pada kemampuannya untuk mendorong tubuh menghasilkan antibodi yang melindungi dari infeksi di masa mendatang, kemungkinan besar orang akan memerlukan dua dosis vaksin virus corona dalam selang beberapa minggu agar efektif.
Dari permasalahan diatas, muncul juga masalah selanjutnya yaitu vaksinasi ulang. Vaksinasi tidak cukup dilakukan sekali sehingga diperlukan dosis ganda atau lebih untuk tiap negara. Kesulitan dalam mendapatkan alat uji dan alat pelindung di seluruh titik pandemi, hingga masalah rantai pasokan yang juga dapat mengganggu pendistribusian dosis ganda vaksin untuk seluruh negara. Hal ini belum juga menyangkut biaya yang diperlukan untuk seseorang mendapatkan suntikan vaksin ini, apakah akan mahal atau terjangkau.
Kemudian, meyakinkan orang untuk melakukan vaksin untuk kedua kalinya akan menjadi perkara yang tidak mudah. Banyak orang yang tidak mau menggunakan vaksin dengan alasan mereka masing-masing, sehingga diperlukan usaha lebih untuk meyakinkan mereka bahwa hal ini bukan untuk kepentingan pribadi melainkan kepentingan seluruh umat manusia. Disini, dapat disimpulkan bahwa dibalik semua solusi yang mulai muncul ke permukaan, masih ada masalah dibaliknya. Kita harus lebih peduli dan cermat dalam menghadapi masalah ini karena hal ini bukan masalah pribadi saja namun berkaitan dengan seluruh umat manusia. Harapannya adalah dengan ditemukannya vaksin ini penyembuhan virus COVID-19 semakin cepat dan dan semakin efektif sehingga dunia bisa kembali normal dan semua kembali seperti semula.
Sumber :
CNBC Indonesia. 2020. “Fakta Vaksin Moderna dan Kandungan Manjur Hajar COVID-19”
BBC News Indonesia. 2020. “Vaksin virus corona: Enam sudah diuji coba pada manusia, namun tantangannya ada pada produksi massal” https://www.bbc.com/indonesia/dunia-52491937
National Geographic Indonesia. 2020. “Uji Coba Vaksin COVID-19 Ditunda Karena Timbulkan Masalah Kesehatan” https://nationalgeographic.grid.id/read/132328433/uji-coba-vaksin-covid-19-ditunda-karena-timbulkan-masalah-kesehatan
Comments